Selasa, 21 Desember 2010

Cara Cek Shutter Count Kamera DSLR

Sekedar berbagi
Mungkin ada sebagian temen-temen fotografi sudah mengetahui tentang SC (Shutter Count). Apa sih SC (Shutter Count) itu ? Banyak yang menyebutkan kalau SC (Shutter Count) ini adalah umur kamera "jepretan" dari kamera Digital SLR.
Saya ingin berbagi apa yang sudah saya dapat dari web tentang SC (Shutter Count) ini. Tetapi ada beberapa fotografer yang tidak mengetahui sampai dimanakah batas / umur SC (Shutter Count) tersebut ?!

Disini saya ingin berbagi informasi tentang SC (Shutter Count) untuk temen-temen fotografi . Agar sama-sama mengetahui batas jepretan (frame) di kamera masing-masing (jadi kan kita gak asal moto ntar, sayang donk kalo ganti SC dalam waktu dekat [:D]). Apalagi temen-temen yang membeli kamera Digital SLR second, harus wajib di cek / tanya tuh sama yang mpunya sebelum pindah tangan, masa baru beli gak lama ud ganti SC (Shutter Count) ?

Untuk chek SC pake INI...

http://www.opanda.com/en/iexif/download.htm

Cara :
1.instal dolo
2.setelah instal jalankan Opanda IExif 2.3
3.open di opanda nya ..taruh foto yang terahir kamu foto..
4.entar keluar data2 disebelah nya terus cari "Total Number of Shutter Releases for Camera" disitu ada angka nya ...SC nya ..

untuk lebih jelas :
http://www.techmalaya.com/2008/01/22/check-nikon-digital-slr-camera-shutter-count-with-opanda-iexif/

untuk massa sc ini :

#NIKON#
===========

Nikon D40
Average number of actuations after which shutter is still alive: 13,057.2
Average number of actuations after which shutter died: 106,250.9

Nikon D40X
Average number of actuations after which shutter is still alive: 12,741.9
Average number of actuations after which shutter died: 16,075.7

NIKON D50
Average number of actuations after which shutter is still alive: 41,674.3
Average number of actuations after which shutter died: 18,599.0

Nikon D60
Average number of actuations after which shutter is still alive: 9,644.9
Average number of actuations after which shutter died: 8,625.3

NIKON D70
Average number of actuations after which shutter is still alive: 38,452.0
Average number of actuations after which shutter died: 51,807.2

NIKON D70s
Average number of actuations after which shutter is still alive: 27,040.6
Average number of actuations after which shutter died: 76,415.3

NIKON D80
Average number of actuations after which shutter is still alive: 16,002.4
Average number of actuations after which shutter died: 22,861.5

NIKON D200
Average number of actuations after which shutter is still alive: 74,082.7
Average number of actuations after which shutter died: 146,533.2

Nikon D300
Average number of actuations after which shutter is still alive: 162,997.2
Average number of actuations after which shutter died: 62,002.3


===========
#CANON#
===========

Canon EOS 350D / Digital Rebel XT
Average number of actuations after which shutter is still alive: 35,053.6
Average number of actuations after which shutter died: 166,675.5

Canon EOS 400D
Average number of actuations after which shutter is still alive: 20,633.5
Average number of actuations after which shutter died: 27,287.7

Canon EOS 450D
Average number of actuations after which shutter is still alive: 5,516.4
Average number of actuations after which shutter died: 11,958.0

Canon EOS 1000D
Average number of actuations after which shutter is still alive: 2,554.5
Average number of actuations after which shutter died: no data

Canon EOS 40D
Average number of actuations after which shutter is still alive: 222,932.4
Average number of actuations after which shutter died: 689,908.5

Canon EOS-1D Mark II
Average number of actuations after which shutter is still alive: 109,656.4
Average number of actuations after which shutter died: 100,588.1

semoga bermanfaat...
sumber: www.javaphotoclub.com

Rabu, 15 Desember 2010

Free download fonts keren

Untuk membuat hasil editan lebih atraktif,kita sering membutuhan fonts2 yang beda,yang bagus2...
kalau memakai fonts bawaan windows kayaknya sudah bosen...
silahkan pilih dan download fonts yang ada untuk melengkapi galeri fonts anda,semoga bermanfaat...
salam fotografi...

1.380 fonts unik
preview:



2.Great fonts
preview:



3.3865 Exclusive fonts
preview:



Kamis, 25 November 2010

Konsep Dasar Flash GN (guide number)

Flash Guide Number mempunyai defini sesuai dengan formulanya adalah perkalian antara jarak (distance) dan f# (f/number/diafragma/aperture) pada ISO tertentu, untuk memperoleh suatu "exposure" yang "tepat".

Formula GN adalah :

GN = f# * d

d = distance/jarak flash ke subject
f# = Aperture/Diafragma

Suatu contoh, apabila flash menghasilkan exposure yang tepat pada f/5.6 dan jarak subject ke flash (d) adalah 10 meter, pada ISO 100, maka flash tersebut mengeluarkan cahaya dengan

GN = 5.6 * 10 = 56

jadi GN = 56 (ISO 100 - meter).


GN dapat pula dinyatakan dalam satuan jarak feet, bila diambil dari contoh diatas, 'd' atau jarak 10 meter = 32.8 feet (1 foot = 30.48 cm ; 1 meter = 3.28 feet). Jadi GN flash adalah = 5.6 * 32.8 = 184 (ISO 100 - feet).

Pada flash, biasanya diketahui (pada buku manual) mempunyai GN tertentu, dan GN tersebut adalah GN maximum dari flash tersebut. Katakanlah mempunyai GN 56 (ISO 100 - meter), dengan menggunakan aperture f/5.6 jarak maximum adalah 10 meter, maka apabila lebih dari 10 meter atau menaikkan nilai aperture akan terjadi under exposed.

Sekarang apabila GN maximum flash diketahui maka untuk mencari jarak maksimum pada nilai aperture tertentu, formulanya :

d (max) = GN (max) / f#

contoh :

GN max = 56 (ISO 100 - meter).
pada f/8 maka d (max) = 56/8 = 7 meter (pada ISO 100)
pada f/4 maka d (max) = 56/4 = 14 meter (pada ISO 100)

sampai disini cukup jelas? apabila kurang jelas, coba dibaca sekali lagi dari atas.

Nah, kadangkala ada kasus tertentu untuk mendapatkan jarak jangkauan flash yang bisa lebih jauh untuk mengenai subject, maka solusinya adalah menaikkan ISO/ASA.

semakin tinggi ISO, makin sensitif/peka pula sensor kamera terhadap cahaya, sehingga dengan intensitas cahaya yang sama, jarak jangkau flash bisa lebih jauh.

dan pengaruh ISO terhadap GN flash mempunyai formula:


GN(ISO_2) = GN (ISO_1) * SQRT(ISO_2/ISO_1)

SQRT = Squared Root (akar)


contoh:

Flash memiliki GN (ISO 100) = 56, berapakah nilai GN pada ISO 200?

Jawab :
GN (ISO 200) = 56 * SQRT(200/100)
GN (ISO 200) = 56 * SQRT(2)
GN (ISO 200) = 56 * 1.4142
GN (ISO 200) = 79.2

Jadi, Flash dengan GN (max) = 56 (ISO 100 - meter) pada ISO 200 mempunyai GN (max) = 79.2 (ISO 200 - meter)

Pada saat diaplikasikan pada pengambilan exposure, maka :

pada Aperture f/5.6, d (max) = 56/5.6 = 10 meter (pada ISO 100) (sebenarnya f/5.6 adalah nilai kompromi dalam fotografi, sebenarnya nilai yang tepat adalah f/5.67, jadi harusnya d(max) = 56/5.67 = 9.9 meter)

pada Aperture f/5.6, d (max) = 79.2/5.6 = 14.1 meter (pada ISO 200)

pada Aperture f/8.0, d (max) = 79.2/8.0 = 9.9 meter (pada ISO 200)


Jadi dengan menaikan ISO sebanyak 2 kali-nya atau dikatakan naik 1 stop (ISO 100 menjadi ISO 200), maka jarak jangkau flash meningkat sekitar 1.4 kali [atau meningkat dengan faktor akar(2)], ini sama saja dengan membuka atau menurunkan aperture dari f/8 ke f/5.6

perlu diketahui : 8 = 1.4 X 5.6

Senin, 01 November 2010

mengetahui umur Lensa Canon / Canon Lens aging

Kita dapat mengetahui tanggal pembuatan lensa canon dengan cara melihat kode pada element belakang lensa atau bagian belakang lensa...tentunya lensa di cabut dulu dari body kamera.
seperti contoh di bawah ini

Pada kode di atas tertulis "UR0902" dan dari kode itu kita bisa mengetahui umur lensa.
Huruf pertama, "U", menunjukkan bahwa lensa dibuat di Canon Utsunomiya, Jepang.
Canon mempunyai 3 kode untuk kode lokasi pembuatan ini yaitu:

U = Utsunomiya, Japan
F = Fukushima, Japan
O = Oita, Japan

kode kedua, "R", adalah kode tahun yang menunjukkan tahun pembuatan. Canon merubah kode ini tiap tahun mengikuti kode alphabet (A-Z) yang  dimulai dengan A tahun 1986 dan Tahun 1960. Berikut adalah tabel kode tahun tersebut:
A = 1986, 1960
B = 1987, 1961
C = 1988, 1962
D = 1989, 1963
E = 1990, 1964
F = 1991, 1965
G = 1992, 1966
H = 1993, 1967
I = 1994, 1968
J = 1995, 1969
K = 1996, 1970
L = 1997, 1971
M = 1998, 1972
N = 1999, 1973
O = 2000, 1974
P = 2001, 1975
Q = 2002, 1976
R = 2003, 1977
S = 2004, 1978
T = 2005, 1979
U = 2006, 1980
V = 2007, 1981
W = 2008, 1982
X = 2009, 1983
Y = 2010, 1984
Z = 2011, 1985


Dua angka pertama, "09", adalah nomor bulan lensa diproduksi masuk Bulan 02 Februari, bulan 11 = November. Angka nol dari kode bulan kadang-kadang dihilangkan.
 
Dua berikutnya angka, "02", yang berarti dalam menentukan berapa umur lensa Canon. Ini adalah kode Canon internal (yang kadang-kadang dihilangkan).

saya mendapat kesimpulan bahwa lensa saya itu di buat di Utsunomiya Jepang pada bulan September 2003

semoga bermanfaat...salam jepret

Jumat, 15 Oktober 2010

Panduan ukuran cetak foto

Sebelumnya ingin memperjelas dulu tentang kerancuan-kerancuan yang sering terjadi, yaitu :
  • Besar resolusi yaitu 1280x960 (1MegaPixel), 1600x1200 (2 MP ), 3MP maupun 4MP dan lain � lain itu adalah menandakan banyaknya titik yang ada dalam gambar tersebut. Semisal foto dengan resolusi 1600x1200 berarti ada 1600 titik di horizontal dan 1200 titik di vertikal.
  • Densitas foto 72dpi, 180dpi, maupun 300dpi (terlihat pada EXIF data yang menempel pada foto yang bersangkutan) itu menandakan tingkat kerapatan dari titik � titik tersebut dalam suatu satuan ukuran inch (dot per inch). Misalnya kita selama ini mendengar ada printer berkemampuan cetak dengan densitas 300dpi, 600dpi, 1200dpi, maupun 4800dpi. Contoh printer dengan kemampuan densitas 4800dpi itu berarti bisa mencetak sebanyak 4800 titik sepanjang garis 1 inch (2,54cm), begitu juga dengan printer berkemampuan densitas 300dpi berarti hanya bisa mencetak 300 titik sepanjang garis 1 inch (2,54cm).

Terkait dengan hal � hal diatas, maka kita patut mengetahui juga bahwa mesin cetak foto itu biasanya berkemampuan densitas 300dpi sehingga kita akhirnya sering memakai patokan ini sebagai standard densitas minimum yang diperlukan baik untuk mencetak di laboratorium foto ataupun dengan printer sendiri.


Berikut daftar ukuran kertas foto yang biasanya dipakai di laboratorium foto :
  • 2R = 6 x 9 cm
  • 3R = 8,9 x 12,7 cm
  • 4R = 10,2 x 15,2 cm
  • 5R = 12,7 x 17,8 cm
  • 6R = 15,2 x 20,3 cm
  • 8R = 20,3 x 25,4 cm
  • 8R Plus = 20,3 x 30,5 cm
  • 10R = 25,4 x 30,5 cm
  • 10R Plus = 25,4 x 38,1 cm

Kita akan mengambil contoh salah satu ukuran yang biasa dipakai yaitu 4R dalam hal ini, yaitu : 10,2x15,2cm

(10,2cm : 2,54) x 300dpi = 1204 titik atau pixel,

(15,2cm : 2,54) x 300dpi = 1795 titik atau pixel.

Dengan ini berarti kita mengetahui bahwa resolusi minimum yang dibutuhkan untuk mencetak 4R adalah 1795 x 1204 pixel.


Dalam hal ini berarti boleh dikatakan bahwa resolusi kamera digital yang mendekati ukuran tersebut mungkin adalah 2MP yaitu 1600x1200. Tetapi harus diingat bahwa adanya perbedaan rasio panjang lebar antara file kamera digital (4:3) dengan standar kertas foto (3:2) itu biasanya berakibat terjadinya cropping (pemotongan) pada samping2 foto karena laboratorium foto itu biasanya melakukan sedikit peregangan secara otomatis pada file � file yang bersangkutan, misalnya foto dengan resolusi 1600x1200 akan diperbesar menjadi 1795x1346 untuk memenuhi ukuran frame minimal dari 4R untuk kemudian dicropping lagi sehingga bagian yang tercetak itu tetap beresolusi 1795x1204.


Ada beberapa kasus dimana ada yang berhasil melakukan pencetakan dengan ukuran 8R hanya dengan kamera 2MP ataupun juga mungkin bisa 10R. Dalam hal ini kita harus melihat lagi beberapa hal yaitu :
  1. Kompleksitas dari gambar yang diambil, misalnya gambar � gambar dokumentasi orang tentunya jauh berbeda tingkat detailnya dibandingkan dengan gambar pemandangan alam misalnya pada waktu sunrise. Dalam hal ini gambar orang biasanya lebih mudah untuk diperbesar dibandingkan dengan gambar pemandangan alam. Perkecualian jikalau foto dokumentasi lebih dari 15orang ataupun satu orang tetapi ingin menampilkan detail urat muka yang pada dasarnya juga berarti kompleksitas gambar cukup tinggi.
  2. Tingkat kompresi dari gambar yang dipakai (dengan ACDSee biasanya terlihat dengan click kanan properties, bagian file, di compression ratio). Biasanya file � file yang berpotensi dan bisa dicetak jauh lebih besar dari ukuran yang direkomendasikan itu file � file dengan tingkat kompresi antara 5 � 10. Lebih dari itu, biasanya sulit sekali untuk meningkatkan ukuran gambar.
  3. Ada beberapa kamera yang menyediakan mode RAW dan juga mode TIFF pada hasil akhir gambar yang ditangkap, dalam hal RAW file dan TIFF file itu tidak terdapat kompresi sama sekali sehingga sangat dimungkinkan untuk melakukan resize ulang untuk melakukan cetak pada ukuran lebih besar.

Dari 3 hal diatas, (dari pengalaman pribadi) juga bisa dilakukan cetak pada 10R maupun 12R dengan kamera 4MP meskipun secara perhitungan tidak memungkinkan untuk melakukan pencetakan tersebut. Dalam hal ini kita bisa melakukan test sederhana apakah file yang bersangkutan masih bisa untuk dicetak pada ukuran yang bersangkutan atau tidak dengan cara melakukan image resize pada photoshop dan kemudian melihat apakah detail - detail tersebut masih bisa terlihat.



Semoga artikel berikut ini berguna sebagai panduan dalam melakukan pencetakan foto dari kamera digital. Di bawah ini terdapat daftar acuan praktis untuk pencetakan foto yang diinginkan beserta resolusi yang dibutuhkan.
  • 3R = 8,9 x 12,7cm @300 dpi = 1051x1500 pixel
  • 4R = 10,2 x 15,2cm @300 dpi = 1205x1795 pixel
  • 5R = 12,7 x 17,8cm @300 dpi = 1500x2102 pixel
  • 6R = 15,2 x 21,6cm @300 dpi = 1795x2551 pixel
  • 8R = 20,3 x 25,4cm @300 dpi = 2398x3000 pixel
  • 8R Plus = 20,3 x 30,5cm @300 dpi = 2398x3602 pixel
  • 10R = 25,4 x 30,5cm @300 dpi = 3000x3602 pixel
  • 10R Plus = 25,4 x 38,1cm @300 dpi = 3000 x 4500 pixel

Jumat, 01 Oktober 2010

Memahami ISO dan Penyebab Noise

Seringkali dalam dunia fotografi digital kita dibuat bingung oleh istilah ISO dan noise. Adakalanya dalam membeli kamera digital kita menjumpai sebuah kamera saku yang mengklaim mampu dipakai hingga ISO 3200 atau bahkan lebih. Atau pernahkah anda frustasi karena hasil foto yang diambil penuh dengan bintik-bintik noise yang mengganggu saat memakai ISO tinggi? Ada baiknya kita mengenal lebih jauh mengenai istilah-istilah ini agar nantinya motret makin PeDe.
Sebagai pembuka, bolehlah sekedar mengingat kembali bahwa dasar fotografi adalah bermain dengan cahaya, dimana banyak sedikitnya cahaya yang ditangkap oleh kamera dipengaruhi oleh berapa kecepatan shutter dan besarnya bukaan diafragma. Dalam era fotografi film dikenal dengan nilai ASA pada film yang menandakan sensitivitas film tersebut terhadap cahaya. Istilah ISO pada fotografi digital (mengacu pada standar ISO 12232) pun ekuivalen seperti ASA untuk film, dimana dalam hal ini ISO menyatakan nilai sensitivitas sensor pada kamera digital.


Sensor, baik CCD maupun CMOS, adalah komponen utama dari sebuah kamera digital, yaitu berupa sekeping cip silikon yang tersusun atas jutaan piksel yang peka cahaya. Pada saat gambar yang datang dari lensa mengenai sensor maka tiap-tiap piksel tersebut akan menangkap energi cahaya yang datang dan merubahnya menjadi besaran sinyal tegangan. Seberapa sensitif sensor mampu menangkap cahaya inilah yang dinyatakan oleh besaran ISO. Setiap sensor memiliki nilai ISO dasar/ISO normal yaitu nilai sensitivitas terendah dari sensor yang umumnya ekuivalen dengan ISO50 hingga ISO200 (tergantung jenis dan merk kamera). Pada nilai ISO normal ini kepekaan sensor terhadap cahaya berada pada level terendah sehingga dibutuhkan cukup banyak cahaya untuk mendapatkan foto dengan exposure yang tepat. Oleh karena itu umumnya ISO normal hanya dipakai saat pemotretan outdoor di siang hari.

Untuk mengukur cahaya, istilahnya metering, kamera memiliki sistem pengukur cahaya (light meter) yang menginformasikan seberapa banyak cahaya yang akan masuk mengenai sensor. Apabila cahaya yang diterima sensor terlalu rendah (kadang kamera memberi warning low light pada layar LCD) maka pilihan yang ada untuk menjaga exposure adalah dengan memperbesar diafragma, melambatkan shutter, dan/atau menaikkan nilai ISO. Pada kamera saku yang serba otomatis, nilai shutter dan diafragma akan ditentukan secara otomatis oleh kamera berdasarkan hasil pengukuran cahaya. Apabila pada kondisi kurang cahaya kombinasi shutter dan diafragma tidak mampu menghasilkan exposure yang tepat, barulah nilai ISO perlu dinaikkan. Apabila mode ISO pada kamera diset ke AUTO, maka kamera akan menaikkan nilai ISO secara otomatis. Pada kamera yang memungkinkan untuk dapat menentukan nilai ISO secara manual, nilai ISO yang lebih tinggi dapat kita pilih dalam faktor kelipatan mulai dari 200, 400, 800, 1600 hingga 3200. Bahkan kini kamera digital terbaru mulai menawarkan kemampuan ISO 6400 untuk sensitivitas ekstra tinggi.

Perlu dicatat bahwa dengan nilai ISO yang lebih tinggi juga memungkinkan pemotretan dengan kecepatan shutter yang lebih cepat. Hal ini dikarenakan ISO tinggi memberikan sensitivitas tinggi sehingga kamera tidak memerlukan banyak cahaya untuk mendapat exposure yang tepat. Shutter cepat ini bermanfaat untuk membuat objek yang bergerak jadi nampak diam. Istilahnya, membekukan objek (lihat gambar perbandingan di samping). Penggunaan ISO rendah (misalnya ISO 100) akan membuat shutter kurang cepat (misal 1/20 detik) untuk mampu menangkap gerakan si anak. Dengan menaikkan ISO (misal ISO 800), didapat nilai shutter yang lebih cepat (misal 1/200 detik) sehingga si anak jadi nampak diam. Terkadang pada kamera yang tidak dilengkapi stabilizer, pemakaian ISO tinggi juga dapat dimanfaatkan untuk mencegah gambar menjadi blur. Dengan ISO tinggi diharapkan getaran tangan yang biasanya rawan membuat gambar blur bisa dihindari karena shutter yang lebih cepat.


Sayangnya peningkatan ISO juga akan membawa efek negatif yang tidak diinginkan. Meningkatkan ISO berarti meningkatkan sensitivitas sensor, sehingga sinyal yang lemah pun dapat menjadi kuat. Masalahnya, pada proses kerja sensor juga menghasilkan noise yang mengiringi sinyal aslinya. Bila ISO dinaikkan, noise yang awalnya kecil pun akan ikut menjadi tinggi. Noise yang tinggi akan tampak mengganggu pada hasil foto dan muncul berupa titik-titik warna yang tidak enak untuk dilihat. Masalah noise ini akan lebih parah apabila jenis sensor yang digunakan adalah sensor berukuran kecil, seperti yang umum dipakai pada kamera saku. Kenapa? Karena sensor kecil memiliki ukuran titik/piksel yang kecil juga, dan secara teori piksel kecil lebih rentan terhadap noise dibandingkan piksel berukuran lebih besar. Oleh karena itulah kamera digital SLR lebih baik dalam menghasilkan foto pada ISO tinggi, karena kamera DSLR memakai sensor yang lebih besar (dan lebih mahal biaya produksinya).

Apa yang dapat dilakukan untuk mengatasi noise? Pertama tentunya sebisa mungkin hindari pemakaian ISO terlalu tinggi. Namun apabila terpaksa mamakai ISO tinggi, kamera digital masa kini telah memiliki sistem pengurang noise (Noise Reduction/NR) yang secara otomatis akan mencoba memperhalus hasil foto sebelum disimpan menjadi sebuah file. Tiap merk kamera punya ‘pendekatan’ tersendiri untuk mengatasi noise ini. Bisa jadi merk A akan sedikit menerapkan NR sehingga foto tampak masih agak noise namun memiliki detail lebih baik. Merk B bisa saja memakai NR terlalu berlebih sehingga foto yang dihasilkannya bersih dari noise namun detilnya ikut hilang. Sayangnya sampai saat ini belum ada metoda NR yang mampu menghilangkan noise namun sekaligus mempertahankan detail foto dengan sama baiknya. Apabila untuk kebutuhan fotografi ternyata banyak membuat foto dengan memakai ISO tinggi, sebaiknya memakai kamera profesional dengan sensor berukuran besar (2/3 inci, APS-C atau Full Frame 35mm) yang memiliki Signal to Noise ratio yang baik, sehingga efek dari noise ini dapat dikurangi.
Kesimpulan
  • Nilai ISO dalam fotografi digital menyatakan sensitivitas dari sensor yang dipakai pada kamera digital.
  • Untuk hasil foto terbaik gunakan nilai ISO terendah dari kamera digital.
  • Apabila melalui pengaturan shutter dan diafragma tetap tidak bisa didapat exposure yang tepat (biasanya pada kondisi cahaya rendah) maka bisa dicoba menaikkan nilai ISO.
  • Selain untuk pemotretan saat cahaya rendah, pemakaian ISO tinggi juga cocok untuk mencegah blur akibat getaran tangan (apabila kamera tidak dilengkapi fitur stabilizer) atau untuk fotografi kecepatan tinggi, karena ISO tinggi memungkinkan pemakaian shutter lebih cepat dibanding ISO rendah.
  • Menaikkan nilai ISO akan membuat efek samping adanya noise pada hasil foto.
  • Membiarkan mode ISO dalam posisi AUTO bisa jadi dapat membuat kamera otomatis menaikkan nilai ISO terlalu tinggi bila digunakan pada tempat yang kurang cahaya, alternatifnya aturlah nilai ISO secara manual dengan disesuaikan kondisi pemotretan.
  • Metoda Noise Reduction (NR) dapat digunakan untuk mengurangi noise yang muncul, namun idealnya proses NR tetap mampu sedapat mungkin mempertahankan detail foto supaya tetap tajam.
  • Sebaiknya kamera yang digunakan memiliki sensor berukuran lebih besar dibanding kamera pada umumnya sehingga efek dari noise ini dapat dikurangi.

Kamis, 23 September 2010

Tips dan trik merawat membersihkan kamera DSLR

Kamera adalah senjata utama bagi seorang fotografer. Seperti seorang tentara, bagaimana kalau senjatanya rusak? tidak bisa berperang bukan? Untuk itu kamera yang bagai istri kedua itu harus dirawat dengan benar, agar tidak cepat rusak dan selalu dalam kondisi siap tempur.
Berikut beberapa tips untuk merawat kamera digital SLR dan peralatan fotografi lainnya:
1. Lensa
  • Jangan menyentuh lensa secara langsung dengan jari. Untuk mengurangi kemungkinan ini terjadi, usahakan lens hood selalu terpasang. Lens hood juga akan melindungi bagian depan lensa dari benturan sekaligus mencegah munculnya flare pada cahaya frontal menuju lensa.
  • Pasang lens cap ketika lensa sedang tidak dipergunakan, hal ini bertujuan mengurangi kemungkinan terpapar dan menempelnya debu pada permukaan lensa.
  • Jika kegiatan membersihkan lensa diperlukan, maka mempergunakan peralatan pembersih yang baik sangat dianjurkan. Selalu pergunakan lens brush, lens blower , lens paper dan lens cloth yang baik.
Berikut beberapa langkah membersihkan lensa:
  • Bersihkan bagian depan dan belakang lensa dengan lens blower terlebih dahulu. Tujuannya untuk menghilangkan partikel debu yang menempel. Jangan langsung membersihkan lensa dengan lens cloth atau lens paper sebab partikel debu yang ikut tergosok akan menyebabkan permukaan coating lensa akan tergores. Hal ini dapat berakibat munculnya gangguan permanen pada hasil foto.
  • Beberapa partikel debu yang masih tetap menempel dapat juga dihilangkan dengan bantuan lens brush.
  • Selanjutnya usap lensa secara lembut dan perlahan dengan lens cloth/ lens paper kering dengan gerakan memutar dari bagian dalam lensa menuju keluar.
  • Jika dibutuhkan, cairan pembersih lensa/ lens cleaning fluid khusus dapat dipergunakan untuk membersihkan kotoran-kotoran lensa yang agak membandel. Jangan meneteskannya langsung pada lensa, teteskan pada lens paper terlebih dahulu, lalu usap perlahan pada bagian lensa.
2. Kamera.
Kamera merupakan peralatan fotografi kedua yang terpenting, disinilah tempat sensor kamera yang sangat sensitif.
Berikut beberapa langkah merawat kamera digital:
a. Merawat bagian luar kamera/ casing merupakan bagian yang biasa dilakukan terlebih dahulu. Hal ini dilakukan untuk mengurangi kemungkinan masuknya kotoran ketika akan membersihkan bagian dalamnya. Debu dari luar akan mudah masuk kedalam, apalagi kalau kita sering berganti-ganti lensa.
  • Bersihkan bagian luar kamera dengan blower terlebih dahulu, untuk beberapa debu yang masih menempel dapat dipergunakan brush.
  • Selanjutnya pergunakan lens cloth atau dry cloth yang lembut untuk membersihkan beberapa bagian khusus kamera seperti LCD panel, viewfinder, dan flash hotshoe.
b. Setelah langkah diatas, dilanjutkan dengan merawat bagian dalam kamera. Bagian dalam kamera merupakan letak sensor kamera.
  • Sebelum membersihkan bagian dalam kamera, pastikan bahwa perawatan ini dilakukan pada ruang yang bersih dengan penerangan yang cukup. Sebaiknya anda juga dalam kondisi yang bersih.
  • Langkah pertama yaitu membersihkan mirror dengan blower atau blower brush. Kamera dipegang menghadap kebawah dan blower dipompa keatas, tujuannya agar partikel debu yang tertiup dapat turun kebawah mengikuti gravitasi.
  • Selanjutnya membersihkan sensor. Untuk dapat melakukannya maka mirror harus di lock up terlebih dahulu. Pada beberapa kamera fitur ini disediakan dengan memilihnya dari menu kamera. Yakinkan baterai dalam kondisi cukup penuh ketika akan melakukan mirror lock up. Dimulai dengan menekan shutter release, maka mirror akan terangkat dan shutter terbuka., Dengan kamera yang dipegang menghadap kebawah (sensor menghadap kebawah), pompa blower (blower tanpa brush) beberapa kali untuk meniup partikel debu yang mungkin menempel di sensor. Setelah selesai, matikan kamera untuk menyudahi fungsi mirror lock up.
  • Jika sensor sangat kotor, anda dapat membersihkannya dengan cleaning kits yang memiliki swab sensor khusus. Dengan alat ini, kita membersihkan sensor secara fisik dengan melakukan swab/ smear pada kotoran yang menempel di sensor. Tindakan ini harus dilakukan dengan lembut dan hati-hati, jika tidak yakin sebaiknya serahkan kegiatan membersihkan sensor pada mereka yang profesional.
  • NB. Jika tidak merasa yakin untuk melakukan kegiatan membersihkan bagian dalam kamera terutama sensor, sebaiknya serahkan kegiatan perawatan ini pada mereka yang professional. Dibandingkan dengan resiko yang mungkin timbul seperti kerusakan mirror, shutter, atapun sensor maka mencari bantuan mereka yang professional merupakan pilihan yang bijak.
3. Baterai.
Baterai berfungsi sebagai sumber daya untuk menghidupkan kamera, perawatan yang baik dapat memperpanjang usia pemakaian baterai kamera. Berikut beberapa hal yang perlu diperhatikan:
a. Jangan membiarkan baterai terpapar suhu ekstrim diatas 43 C. Hal ini dapat menimbulkan kerusakan permanen pada baterai. Letakkan baterai pada tempat yang sejuk dan kering.
b. Jangan mencharge baterai secara berlebihan, jika charger telah menunjukkan baterai terisi penuh segera cabut.
c. Charge baterai sebelum atau sesudah penyimpanan dalam jangka waktu lama. Dipakai ataupun tidak dipakai baterai akan mengalami proses pelemahan, agar tetap awet maka baterai perlu diisi kembali.
d. Lepaskan baterai dari kamera jika tidak sedang mempergunakannya dalam jangka waktu lama.
f. Jangan mencampur penggunaan baterai lama dan baru, termasuk mempergunakan baterai dengan merek yang berbeda-beda.
4. Memory card dan accessories.
a. Memory card berfungsi sebagai media penyimpan data. Bisa berupa SD/ secure digital, CF/ compact flash, dan sebagainya. Perlakukan benda-benda ini dengan hati-hati, bentuknya yang kecil membuat mereka mudah sekali rusak. Untuk melindunginya, simpan selalu pada casing nya masing-masing jika sedang tidak dipergunakan.
b. Accesories kamera seperti lens filter, lens hood, flash dan lainnya perlu dirawat untuk tetap menjaga kebersihannya. Dudukan flash dan kontak baterai flash perlu dibersihkan secara berkala untuk menghindari penumpukkan kotoran.
5. Penyimpanan.
a. Kamera sebaiknya dihindarkan dari temperatur ekstrim yang sangat panas maupun sangat dingin. Hindarkan kamera dari kontak matahari langsung dalam jangka waktu yang lama. Jangan pernah menyimpanya dalam kondisi panas seperti didalam mobil atau dalam kondisi yang sangat dingin.
b. Ketika menyimpan kamera, jauhkan peralatan tersebut dari benda-benda yang memiliki medan magnet kuat. Medan magnet dapat mempengaruhi sirkuit elektronik yang terdapat pada kamera digital.
c. Simpan kamera, lensa dan accessories lain dalam dry box yang memiliki alat pengatur kelembapan jika sedang tidak dpergunakan dalam jangka waktu yang lama. Atau simpan alat-alat tersebut pada suatu wadah khusus dengan disertakan silica gel untuk mengatur kelembapannya.
6. Tas kamera.
Tas kamera merupakan media penyimpanan peralatan fotografi sewaktu berpergian. Dengan demikian perawatannya juga mutlak dilakukan agar mampu melindungi peralatan fotografi yang kita miliki. Tas yang kotor mengakibatkan peralatan didalamnya menjadi kotor. Berikut beberapa langkah perawatannya:
a. Setelah tas dipergunakan, keluarkan isinya lalu bersihkan bagian dalam dan luarnya. Agar hasilnya maksimal dapat dipergunakan vacum cleaner. Setelah pemotretan outdoor, partikel debu, kotoran dan pasir biasanya banyak terakumulasi sehingga perlu dibersihkan.
b. Cuci tas kamera dalam jangka waktu berkala, terutama setelah tidak dipergunakan untuk jangka waktu yang cukup lama.
Peralatan fotografi digital membutuhkan investasi dana yang tidak sedikit, sehingga perawatan mutlak harus dilakukan secara rutin. Perawatan yang baik akan mempertahankan kondisi perlatan fotografi kita untuk tetap bisa dipergunakan dengan baik, bisa dipergunakan dalam jangka waktu yang lama, dan tentunya dapat mempertahankan harga jualnya kembali.

Jumat, 17 September 2010

Fungsi penggunaan 2nd Curtain(Canon) atau Rear curtain (Nikon)

2nd curtain atau rear curtain adalah fungsi dari penggunaan lampu flash atau speedlight di akhir sebelum penutupan jendela sensor. Misalnya kita menggunakan kecepatan 2 detik, maka pertama kali jendela sensor membuka, maka flash belum menyala, setelah hampir 2 detik, saat jendela sensor mau menutup, maka di situlah flash baru menyala dan menutup berbarengan dengan tertutupnya jendela sensor. Biasanya fungsi ini terdapat di kamera DSLR dan harus menggunakan lampu flash/ speedlight external.
Cara ini diperlukan saat kita ingin mengambil foto saat malam hari, dimana mau mengambil efek cahaya lampu dibagian belakang objek, atau juga mau mengambil efek bergerak dari lampu yang ada di belakang objek. Biasanya bila kita mengambil foto pada malam hari dan menggunakan lampu flash/ speedlight maka hasilnya adalah objek menjadi terang namun keindahan lampu di belakang menjadi hilang alis menggelap semuanya. Hal ini terjadi karena lampu flash/ speed light menghitung jarak serta keterangan cahaya yang diperlukan diobjek tanpa menghitung kebutuhan cahaya di belakang objek. Alhasil maka belakang objek menjadi gelap seperti contoh dibawah ini. Saya yakin, bukan foto ini yang anda harapkan.

                     TTL Mode speedlight flash, F/10, and 1/250 second.

Agar foto anda tidak seperti hasil diatas, maka kita bisa menggunakan beberapa cara, misalnya penggunaan manual setting di kamera. Bila penggunaan manual setting dianggap sulit, maka saya akan memberikan tips yang sangat gampang dan tidak membingungkan, yaitu penggunaan 2nd Curtain (di Canon)atau Rear Curtain (di Nikon). Pertama kita harus merubah setingan lampu flash/ speedlight kita menjadi Auto dan bukan diangka 1/250. Settingan Auto adalah kecepatan lampu flash/ speedlight akan mengikuti kecepatan setingan kamera pada saat yang dibutuhkan untuk kepadatan cahaya yang ada. Sedangkan settingan 1/250 adalah kecepatan flash/ speedlight dan kamera sudah secara otomatis menjai 1/250 pada saat kita menggunakan lampu fash/ speedlight.
Setelah itu kita mengatur lampu flash/ speedlight menjadi manual, mungkin pertama kali bisa diatur menggunakan pengaturan di angka 1/8 misalnya. Setelah itu ganti pengaturan kamera menggunakan AV mode (Canon) atau A (Nikon) dan coba digunakan pengaturan diangka F/10. F/10 ini tidak mutlak, hanya sebagai contoh saja, anda bisa menggunakan F berapa saja, namun nanti ini akan berhubungan dengan lampu flash/ speedlight kita terhadap objek yang mungkin nantinya akan terlalu gelap atau terlalu terang.
Setelah pengaturan ini selesai, maka pengaturan terakhir adalah metering di kamera janganlah di gunakan di SPOT namun gunakan AVERAGE Metering yang ada di kamera anda. Sebelum memencet tombol shutter di kamera, pertama arahkan kamera ke arah background atau pemandangan belakang objek yang penuh diwarnai lampu lampu, lalu tekan tombol AE Lock (di Canon Biasanya bergambar *, di NIKON tertulis "AEL") Setelah ditekan tombol AE Lock, maka berarti pengaturan sudah terkunci, maka sekarang arahkan kamera ke objek dan tekan separuh tombol shutter anda untuk mendapatkan fokus, bila komposisi sudah sesuai keinginan, maka sekarang bisa segera menekan penuh tombol shutter anda, dan anda akan merasakan bahwa lampu flash/ speedlight anda menyala belakangan sebelum kamera menutup.
Bilamana cahaya lampu flash di object terlalu gelap, maka bisa dinaikan dari pengaturan awal 1/8 menjadi 1/4 misalnya, atau sebaliknya bila masih terlalu terang, maka bisa diturunkan menjadi 1/16 misalnya. Cobalah beberapa kali sampai anda menemukan pengaturan yang cocok, maka tetapkan pengaturan itu, jaga jarak dan objek atau model anda siap untuk bermacam macam pose di tempat yang sama tadi.
Ada baiknya anda menyiapkan tripod, sebab terkadang tangan kita akan bergerak di saat memotret menggunakan speed rendah.
Ini hasil pengambilan foto menggunakan teknik pengaturan seperti diatas.

                   2nd curtain/ rear curtain, F/10, and 1/2 detik.

Silahkan anda coba sendiri, saya yakin dapat menemukan hal hal baru yang belum pernah anda lakukan sebelumnya dan mungkin malah mendapatkan hal baru lainnya lagi.
semoga bermanfaat...salam jepret

Tips bagi yang pertama kali melakukan foto wedding

Apabila anda belum pernah mempunyai kesempatan untuk melakukan foto wedding, maka jangan takut untuk memulainya. Ini akan menjadi pengalaman yang sangat berharga sekali. Jadi jangan takut menawarkan diri kepada teman, atau saudara anda yang akan melakukan persepsi pernikahan.
Yang perlu dilakukan adalah mempersiapkan diri anda ikuti beberapa tips dibawah ini agar pekerjaan anda bisa dilakukan dengan baik, antara lain:
  1. Persiapkan diri anda, mental dan juga percaya diri berhadapan dengan banyak orang agar tidak minder.
  2. Gunakan peralatan terbaik yang anda miliki. Kamera DSLR serta beberapa lensa pendukung wajib dibawa serta. Akan lebih baik bila anda menggunakan 2 kamera dengan lensa yang berbeda. Misalnya satu kamera untuk lensa lebar, dan satu lagi untuk lensa tele. Saat ini banyak sekali tempat untuk menyewakan kamera beserta lensanya, jadi bila peralatan belum mendukung, dengan mudah kita bisa menyewanya.
  3. Jangan lupa untuk mengetes seluruh peralatan yang akan digunakan sebelum hari H agar bisa menyesuaikan diri dengan peralatan tersebut dan juga mengetahui cara pemakaiannya.
  4. Apabila anda juga akan mengambil foto panggung pelaminan, sangat disarankan agar membawa atau menyewa lampu softbox agar dapat menambah terangnya lampu dan juga mengurangi bayangan bila anda mengambilnya dengan lampu flash biasa.
  5. Datang lebih awal agar dapat mempersiapkan lampu untuk di pelaminan, menentukan spot yang menarik dan mempelajari kondisi ruangan yang ada.
  6. Bawalah cadangan memory card yang banyak, minimum bawalah 3 memory card masing masing 4 atau 8 gb. Selain sebagai cadangan pada saat memory card lain sudah penuh, ini juga sebagai antisipasi bahwa memory card rusak mendadak saat pengambilan foto.
  7. Batere tidak kalah pentingnya, selain batere kamera, batere AA untuk flash juga harus di sediakan yang banyak. Pada saat resepsi pernikahan, kita akan banyak sekali menggunakan flash, jadi bawalah cadangan batere jangan samapi anda kehabisan ditengah jalan. Akan sangat mengesalkan dan mengganggu konsentrasi anda nantinya.
  8. Usahakan untuk hadir dalam gladi bersih yang biasanya dilakukan 1 hari sebalum hari H untuk memastikan serta mempelajari medan yang akan dilaksanakan keesok harinya.
  9. Pengarahan gaya disaat foto formal amatlah penting. Konsentrasikan terhadap segalanya secara mendetail. Pastikan wajah semua yang akan difoto terlihat dengan jelas, perhatikan penempatan tangan serta kaki, pengarahan pose yang baik akan sangat menentukan hasil foto yang baik pula. Sediakan tripod untuk memfoto pelaminan, sebab biasanya kamera selalu diletakkan di tempat yang sama, sehingga kita bebas mengatur atau melihat kondisi pose di atas pelaminan.
  10. Sebelum undangan datang, pastikan anda mengambil foto dari karangan bunga yang dikirimkan, nama tempat atau gedung, pintu masuk, meja penerima tamu, dekorasi meja, gelas-gelas yang tertata rapi, kue, hiasan makanan serta tempat pelaminan beserta hiasannya.
  11. Ambil foto detail dari Cincin perkawinan, tangan mempelai, bungan pengantin, sepatu, aksesoris baju pengantin, mahkota dan detail lainnya, sebab ini akan menjadi moment yang sangat indah yang tak boleh terlewatkan.
  12. Suasana candid juga tidak boleh luput dari mata fotografer, raut wajah gembira, tawa, canda serta mengharukan harus dapat diabadikan.
  13. Segera setelah selesai acara, memback up seluruh hasil foto ditempat yang aman, jangan sampai kerja keras anda hilang sia-sia begitu saja.
Catat atau ingatlah seluruh yang anda baca diatas ini, dan lakukan semuanya agar hasil karya anda benar-benar menjadikan sebuah karya yang sangat berharga, karena semua yang telah anda abadikan tidak dapat diulang kembali.
Selamat mencoba.....

Rabu, 08 September 2010

TIPS MEMOTRET SERANGGA

Serangga yang sering kita jumpai di sekitar rumah kita diantaranya, capung, kupu, belalang dan lain-lain. Dari sekian jenis serangga yang ada, kupu-kupu menempati urutan teratas yang paling diminati untuk diabadikan. Karena mahluk cantik ini banyak memiliki fariasi bentuk dan warna serta ukurannyapun beda-peda. Tak heran jika serangga yang satu ini banyak dibudidayakan atau ditangkar.

Lokasi
Jika kita memilih mengabadikannya di tempat penangkaran, kita akan lebih mudah mendapatkannya karena mereka tidak akan terbang jauh-jauh, lain halnya jika di alam bebas, kita harus tahu habitatnya. Jika kita tinggal di perkampungan akan lebih mudah mendapatkannya jika tidak, kita harus cari tanaman yang memiliki banyak bunga karena disanalah tempat mereka.

Waktu
Sama dengan umumnya satwa lain, serangga juga memiliki jam biologis. Mereka akan mulai beraktifitas sekitar pukul 7 pagi karena matahari mulai bersinar dan akan mulai tidur sekitar pukul 5 sore karena matahari mulai terbenam.
Jika kita menghendaki memotret serangga di habitatnya dengan tanpa menemui banyak hambatan, kita bisa melakukannya sekitar pukul 6-7 pagi atau pukul 5-6 sore. Karena pada waktu-waktu tersebut mereka istirahat dan sinar di sekelilingnyapun masih cukup untuk bisa menyinari mereka. Hanya saja gambar yang akan kita dapat tidak dinamis karena mereka sedang tidak beraktifitas.
Namun jika kita menginginkan subyeknya sedang aktifitas, maka hindari waktu-waktu dimana mereka beristirahat dan lakukan pengambilan gambar antara pukul 7 pagi hingga 5 sore. Akan lebih bagus pada saat mendung karena efek bayangan dengan subyek tidak terlalu kontras.
Kendala yang sering dijumpai adalah serangga selalu terbang ke tempat yang sulit dijangkau.
Agar serangga yang kita harapkan tidak selalu terbang jauh, hindari hal-hal yang membuat mereka tidak nyaman.
Antara lain ; Gunakan kostum yang tidak mencolok dan akan lebih baik jika kostum yang kita gunakan mendekati warna alam sekitarnya, jangan melakukan banyak gerakan, hindari gerakan mendadak dan jangan gaduh.

Peralatan
Selain kamera, peralatan pendukung yang harus disiapkan antara lain :
- Lensa tele : dengan menggunakan lensa tele kita akan lebih mudah membidik subyek tanpa harus mendekatinya hal ini akan memudahkan kita untuk membidiknya di tempat-tempat yang sulit dijangkau. Lensa yang digunakan disarankan yang memiliki fasilitas macro.
- Tripod : alat ini disiapkan untuk mengantisipasi apabila pada saat pengambilan di pagi atau sore hari yang memiliki sinar yang sedikit sehingga waktu exposure makin lama (slow speed). Untuk itu dibutuhkan tripod agar koncangan yang terjadi bisa diminimalisir.

Setting Kamera
- ISO : usahakan menggunakan ISO yang rendah (100) kecuali sinar yang ada terbatas bisa dinaikan. Hal ini untuk mendapatkan density yang tinggi / padat.
- Speed : untuk menghindari koncangan yang akan berdampak blur pada hasil fotonya, Jika menggunakan lensa dengan focal length 200mm atau lebih, gunakan speed tinggi minimal 1/focal length. Jika focal length pada lensa yang kita gunakan 300mm maka speed yang kita gunakan minimal 1/300 detik tetapi untuk amannya, gunakan speed diatas panduan di atas. Agar speed yang kita kehendaki tidak berubah-ubah, kunci angka speed yang sudah kita pilih dengan menset kamera di “TV” (untuk canon) atau “S” (untuk nikon). Lebar diafragma akan otomatis menyesuaikan tergantung intensitas sinar yang ada.
- Focus : dengan memanfaatkan fasilitas auto focus (AF) pada kamera, arahkan titik fokus pada matanya.

Agar menghasilkan subyek yang dinamis, kita bisa mengabadikannya pada saat serangga beraktifitas.

Karya yang bagus dihasilkan bukan karena kebetulan tetapi hasil dari latihan yang yang sungguh-sungguh.

Selamat mencoba

Sabtu, 04 September 2010

Jenis kamera berdasarkan media penangkap cahaya

Kamera film menggunakan pita seluloid (atau sejenisnya, sesuai perkembangan teknologi). Butiran silver halida yang menempel pada pita ini sangat sensitif terhadap cahaya. Saat proses cuci film, silver halida yang telah terekspos cahaya dengan ukuran yang tepat akan menghitam, sedangkan yang kurang atau sama sekali tidak terekspos akan tanggal dan larut bersama cairan pengembang (developer).

Kamera film

Jenis kamera film yang digunakan adalah dari jenis 35 milimeter, yang menjadi populer karena keserbagunaan dan kecepatannya saat memotret, karena kamera ini berukuran kecil, kompak dan tidak mencolok. Lensa kadang dapat dipertukarkan, dan kamera itu dapat memuat gulungan film untuk 36 singkapan, bahkan kadang lebih.

Jenis film

Pembagian film berdasarkan ukuran:
* Small format (35mm)
* Medium format (100-120mm)
* Large format
Angka di atas berarti ukuran diagonal film yang digunakan. Setiap jenis ukuran film haru menggunakan kamera yang berbeda pula.

Pembagian film berdasarkan jenis bahan dan kesensitifannya:
* Film hitam putih
* Film warna
* Film positif
* Film negatif
* Film daylight
* Film tungsten
* Film infra merah (sensitif terhadap panas yang dipantulkan permukaan objek)

Kamera polaroid

Kamera jenis ini memakai lembaran polaroid yang langsung memberikan gambar positif sehingga pemotret tidak perlu melakukan proses cuci cetak film.

Kamera digital

Kamera jenis ini merupakan kamera yang dapat bekerja tanpa menggunakan film. Si pemotret dapat dengan mudah menangkap suatu objek tanpa harus susah-susah membidiknya melalui jendela pandang karena kamera digital sebagian besar memang tidak memilikinya. Sebagai gantinya, kamera digital menggunakan sebuah layar LCD yang terpasang di belakang kamera. Lebar layar LCD pada setiap kamera digital berbeda-beda.

Sebagai media penyimpanan, kamera digital menggunakan internal memory ataupun external memory yang menggunakan memory card.

Selasa, 31 Agustus 2010

Menerjemahkan kode lensa digital SLR

Saat kita baru masuk ke dunia kamera DSLR salah satu yang cukup membingungkan adalah menerjemahkan arti dari lensa. Di blog ini saya mencoba menjelaskan berbagai model lensa dan artinya.

Canon EF-S 18-55 mm f/3.5-5.6 IS

Lensa zoom ini biasanya dipaket saat membeli kamera dSLR Canon untuk pemula seperti Canon 1000D, 450D, 500D

Canon EF-S : artinya model lensa yang dirancang khusus untuk kamera DSLR dengan sensor krop/kecil (relatif dengan kamera film (full frame). Lensa ini tidak bisa digunakan untuk dipasang di DSLR kamera full frame seperti Canon 5D atau Canon 1Ds.

18-55mm : Ini rentang fokal lensa. Bagi yang berpengalaman dalam mengunakan kamera film, rentang fokal lensa ini ekuivalen dengan kurang lebih 29-88mm. Rentang fokal lensa ini cukup fleksibel untuk penggunaan sehari-hari.

f/3.5 – 5.6 : Ini berarti rentang maksimal bukaan lensa. Pada rentang fokal 18mm, maksimal bukaan adalah f/3.5 sedangkan pada rentang fokal 55mm, maksimal bukaan adalah f/.5.6.

IS : Singkatan dari Image Stabilization, artinya lensa ini memiliki kemampuan untuk meredam getaran tangan kita sehingga gambar yang dihasilkan tidak blur. Fitur ini sangat berguna terutama pada saat kita mengambil foto dengan setting kecepatan pemantik rendah.

Contoh lain yaitu

Canon EF-S 17-55mm f/2.8 IS USM

Bila Anda melihat angka bukaan cuma 1 saja, seperti lensa diatas (f/2.8), ini berarti lensa ini memiliki bukaan konstan. Dari rentang fokal 17 sampai 55mm, maksimal bukaan yang bisa kita pergunakan adalah f/2.8.

USM : Singkatan dari Ultrasonic Motor. Ini menandakan di dalam lensa ada built-in auto fokus. USM juga menandakan auto fokus lebih cepat dan tidak bersuara.

Canon EF 50mm f/1.8

Lensa diatas ini hanya mempunyai sebuah rentang fokal yaitu 50mm. Artinya lensa ini bukan lensa zoom (Anda tidak bisa zoom mengunakan lensa ini, untuk memperbesar/memperkecil objek, anda harus mendekati objek atau menjauhi objek).

Lensa ini juga memiliki kode EF bukan EF-S yang berarti lensa ini bisa dipakai di kamera full frame.

Canon EF 70-200mm f/4 IS USM

Lensa diatas disebut juga telephoto zoom karena rentang fokalnya cukup besar yaitu 70-200mm

Sayangnya kode lensa ini tidak berlaku universal, sehingga lensa merek lain akan memiliki kode yang berbeda-beda. Tetapi tidak masalah, biasanya struktur kodenya sama. Daftar singkatan dibawah ini akan mempermudah pengertian Anda terhadap lensa-lensa bukan Canon.

HSM : Singkatan dari Hypersonic Motor. Artinya kurang lebih sama dengan USM, auto fokus cepat dan tidak bersuara. Kode ini akan Anda temukan di lensa merek Sigma.

AF-S : Sama dengan kode diatas, kode ini akan Anda temukan di lensa merek Nikon.

SAM : Sama dengan kode diatas, kode ini akan Anda temukan di lensa merek Sony.

AF : Lensa Nikon yang tidak memiliki auto fokus built-in. Di kamera pemula Nikon seperti D60 dan D5000, tidak bisa mengunakan lensa ini untuk auto fokus, tapi harus dengan manual fokus.

VR : Singkatan dari Vibration Reduction, fungsinya sama dengan Image Stabilization.

OS : Singkatan dari Optical Stabilization, fungsinya sama dengan Image Stabilization. Kode ini akan Anda temukan di lensa Sigma.

VC : Singkatan dari Vibration Compensation, fungsinya sama dengan Image Stabilization. Kode ini akan Anda temukan di lensa Tamron.

DX, DT, DC : Kode lensa yang di optimalkan untuk kamera sensor krop. Kode ini akan Anda temukan di lensa Nikon, Sony atau Sigma.

DG : Kode lensa yang di kompatibel untuk kamera sensor krop dan full frame. Kode ini akan Anda temukan di lensa Sigma.


Fotografi Makro, Mengasyikan!

Foto makro memang tidak sepopuler foto lainnya, seperti foto pemandangan, foto diri, keindahan alam, dlsb. Meski demikian, Anda tidak salah jika ingin mencoba memotret dengan sasaran objek-objek yang kecil. Hitung-hitung tambah pengalaman, begitu lho! Apalagi jika Anda telah menggunakan kamera digital, Anda pun semakin leluasa untuk berkreasi. Jangan-jangan Anda lupa dengan tugas-tugas lain.

Membuat foto makro termasuk tidak mudah. Menurut pakar fotografi, Leonardi, kita harus mencari dengan cermat sasaran apa yang bisa menjadi menarik untuk difotomakrokan. Sudah barang tentu bukan benda-benda yang sekadar kecil bentuknya, karena adakalanya bagian tertentu dari suatu benda besar pun bila direkam secara makro, bisa menjadi objek yang menarik.

Arti kata makro adalah besar. Namun dalam fotografi makro, yang dijadikan sasaran pemotretan adalah objek-objek yang sangat kecil. Maka walaupun sebagian besar lensa-lensa untuk tujuan memotret benda-benda kecil itu dinamakan lensa makro, Nikon memilih kebijaksanaan sendiri dengan menamakannya sebagai lensa mikro (mikro = kecil). Tetapi kedua-duanya sama-sama bertujuan untuk memotret benda-benda kecil, yang kemudian divisualisasikan menjadi jauh lebih besar dari pada ukuran aslinya. Ya di sinilah daya tarik yang bisa kita ciptakan, kita visualisasikan, karena objek-objek yang tampil bukanlah sesuatu yang bisa disaksikan orang setiap hari.

Secara umum yang dikategorikan sebagai lensa makro atau lensa mikro adalah jenis lensa yang mampu merekam/memotret sasaran (pada film) sama besar dengan benda aslinya, disebut berasio 1:1; atau paling tidak separuh besar benda aslinya, atau dengan rasio 1:2. Kini banyak lensa-lensa vario yang disebut berfasilitas makro dengan rasio 1:4, sebenarnya dengan rasio seperti itu, resminya belum termasuk lensa makro.

Namun untuk menghasilkan foto makro, sebenarnya tidak mutlak harus menggunakan lensa makro yang harganya cukup tinggi, yakni jutaan lebih, karena jenis lensa-lensa biasa pun dengan ditambah berbagai aksesoris, bisa menjangkau rasio seperti lensa makro. Misalnya dengan tambahan konverter tele2X dan lensa close up +4 pada lensa normal 50 mm, sudah akan menghasilkan rasio sekitar 1:2, bila lensa close-up-nya +5 sudah mendekati rasio 1:1. Perangkat lain adalah reverse ring, gelang pembalik ini berperan untuk memasang lensa dengan arah terbalik. Bagian depan mengarah pada bodi kamera, sedangkan bagian belakangnya menghadap ke depan. Dengan gelang pembalik ini, segala jenis lensa berubah fungsi menjadi lensa makro "gadungan" dengan rasio sekitar 1:1, dan ini merupakan sarana termurah, karena harga gelang tidak terlalu mahal. Atau Anda pun bisa menganut cara klasik dengan menggunakan extension tubes, yang sekarang bisa digantikan dengan extension bellows.

Sayangnya dengan sarana-sarana tambahan tersebut, jarak depan lensa terhadap objek amat dekat, sehingga bila sasaran kita adalah serangga kecil misalnya, dia sudah kabur sebelum terfokus tajam. Tidak ada sarana lain? Ya lensa makro. Untuk memotret benda mati, boleh memilih yang berjarak fokus 55 mm, sedangkan untuk benda hidup yang mudah bergerak harus memilih yang 100 mm atau 200 mm.

Jika Anda menggunakan lampu kilat, lakukan tidak dengan menancapkan di atas kamera seperti biasa, karena arah cahayanya tak akan menuju sasaran dengan benar. Maka untuk pemotretan makro ini, kita harus menggunakan flash bracket yang dipasang pada lensa atau lebih efektif dengan menggunakan ring flash.

Boleh dibilang objek foto makro banyak sekali. Mulai dari bunga-bunga atau rerumputan yang masih dihinggapi embun malam, bila terkena siraman cahaya matahari pagi, bisa dijadikan foto makro yang indah sekali. Juga ulat, semut, atau serangga lain disekitar kita, juga dapat dijadikan sasaran yang mengasyikan. Anda pun bisa beralih ke hal lain seperti benda-benda mati di dalam rumah. Ujung pensil atau bekas rautannya, pangkal ballpoint, sebagian dari sisir digabung dengan bagian dari sikat gigi, tebaran paku payung, kumpulan jarum pentul.

Segala benda berwarna yang Anda temui bila dicuplikan sebagian kecil, niscaya bisa dijadikan suatu karya foto yang memiliki nilai lebih, dan bisa dijadikan pajangan dalam pigura untuk digantung di dinding. Setelah Anda mahir cobalah dengan memadukan beberapa benda atau bagian benda untuk disusun sebagai suatu komposisi baru, pasti akan lebijh asyik lagi.

Beberapa kesulitan akan Anda hadapi dalam membidik sasaran. Dengan begitu dekatnya posisi lensa dengan objek, sehingga bergerak sedikit saja, sasaran sudah out-of focus. Kemungkinan yang bergerak itu bisa kamera, bisa juga objeknya. Namun dengan bantuan penyangga hal itu bisa diatasi sebagian.

Hal lain adalah sempitnya ruang tajam, maka kita hampir selalu memilih bukaan diafragma terkecil yang dimungkinkan. Adalah bijaksana dengan menggunakan ISO 200-400 misalnya. Apalagi jika Anda sudah memiliki kamera digital. Dengan kamera ini Anda akan bisa lebih leluasa berkreasi. Pasalnya, kamera pintar ini sudah dilengkapai modus pemotretan makro. Bahkan, kemampuan pemotretan tehadap objek bisa dilakukan dengan mode pemotretan super-makro, dengan jarak paling dekat 2 cm.

Sudah tentu segala aksesoris kreatif, misalnya filter cross screen, galaxy, bahkan yang berwarna, bisa juga kita manfaatkan, agar kita peroleh kreasi lain yang lebih spektakular. Selain itu masih ada alat pendukung yang agak mahal, yakni micro adjuster. Alat ini memiliki rel silang, bisa maju mundur, juga bisa gerak kiri-kanan.

Dengan terpasangnya di atas kakitiga (tripod), lalu ditumpangkan ke kamera, maka dalam penajaman gambar kita akan banyak terbantu. Sebab untuk mendekat atau menjauhi sasaran dapat dilakukan secara lembut sekali dengan memutar pendorong rel sesuai kehendak. Dengan alat tersebut, tripoid tidak perlu dimaju-mundurkan, karena adjuster bisa mengambil alih tugas tersebut. Dalam pemakaian, alat itu bisa juga berfungsi sebagai penajam gambar, jelasnya ia bisa bekerja serentak bersama selektor jarak pada kamera.

Di bidang medis, pasangan lensa makro dengan ring flash sudah lama dimanfaatkan, lebih sering daripada mikrografi. Dalam suatu operasi misalnya, untuk mengabadikannya menjadi efisien, karena selain praktis, juga tiada masalah timbulnya bayangan yang mengganggu, bahkan praktis bebas bayangan (shadow-free)

Belajar Fotografi secara Otodidak

Bidang fotografi bisa dipelajari secara otodidak atau belajar sendiri. Agar dalam proses pembelajaran dapat berjalan secara efektif dan efisien, beberapa kiat berikut bisa dijadikan acuan:
Pertama, rajin membaca buku dan artikel fotografi. Baca dan pahami buku-buku dan artikel fotografi dengan baik, sehingga apa yang diperintahkan dalam bahan bacaan dapat dicerna dan dipahami dengan jelas. Hal tersebut sangat penting dilakukan, karena buku maupun artikel fotografi bertujuan untuk memberikan pengetahuan dan panduan bagi mereka yang ingin mendalami dan meningkatkan kemampuannya di bidang fotografi.

Agar bahan bacaan yang dipelajari benar-benar dirasakan manfaatnya dalam meningkatkan keahlian memotret, sebaiknya pilih topik bahasan yang akan dipelajari sesuai dengan kebutuhan. Kalau keterampilan yang sangat diperlukan tentang penguasaan teknik pencahayaan, maka topik inilah sebaiknya yang dipelajari lebih dahulu.

Setelah mahir, baru meningkat pada topik lainnya. Dengan cara tersebut dapat dipastikan semangat belajar akan tetap menggelora, karena manfaatnya dapat langsung dirasakan.

Kedua, dipraktikkan. Agar apa yang telah dipelajari dapat diterapkan langsung dalam pemotretan, sebaiknya lakukan sesering mungkin praktik pemotretan, sehingga antara teori yang diperoleh dengan kegiatan praktik dapat sejalan.

Praktik pemotretan tersebut sangat penting dilakukan, karena ilmu fotografi merupakan ilmu terapan yang manfaatnya baru dirasakan setelah dipraktikkan secara langsung. Jadi, semakin banyak praktik pemotretan, akan semakin baik dan meningkatkan keterampilan fotografi yang akan dikuasai.

Ketiga, banyak bertanya. Selain melalui bahan bacaan, cara belajar yang cukup efektif dapat juga dilakukan dengan banyak bertanya kepada fotografer senior yang sudah berpengalaman. Hal tersebut sangat penting dilakukan, karena biasanya dalam memotret suatu objek foto, antara seorang fotografer dengan fotografer lain mempunyai cara tersendiri untuk mendapat hasil pemotretan terbaik. Nah, untuk menggali teknik yang tidak ada di dalam buku tersebut, sebaiknya jangan segan-segan untuk bertanya kepada si fotografer senior.

Untuk itu, jika ada sesuatu hal yang belum diketahui seperti memotret matahari terbenam misalnya, maka jangan sungkan-sungkan untuk menanyakan teknik memotretnya. Dengan banyak bertanya (selain membaca), akan sangat banyak teknik memotret yang akan diperoleh dan kemajuan yang dirasakan, karena pelajaran yang diberikan merupakan pengalaman pribadi hasil kreasi si fotografer yang belum tentu ada di dalam buku pelajaran memotret.

Keempat, evaluasi hasil pemotretan. Salah satu cara paling efektif untuk mengetahui kemajuan dalam meningkatkan keterampilan memotret adalah dengan melakukan evaluasi. Peningkatan kemampuan memotret akan dapat diketahui, jika foto yang dihasilkan lebih baik dibanding foto-foto sebelumnya.

Kalau semula setiap memotret hasilnya selalu terlihat gelap (under), karena pencahayaannya kurang, maka kalau setelah belajar teknik pencahayaan ternyata hasil foto memperlihatkan gambar foto yang terang merata sehingga enak dilihat, berarti sudah ada kemajuan.

Untuk mengevaluasi dan mengukur kemajuan keterampilan memotret bisa juga dengan memotret subjek yang sama, namun tekniknya berbeda, baik dalam pemakaian diafragma, kecepatan, pencahayaan, komposisi dan lainnya. Dari sini akan terlihat teknik mana yang lebih baik.

Untuk memudahkan mengevaluasi, setiap melakukan pemotretan sebaiknya teknik yang dipakai dicatat di dalam buku khusus, sehingga dapat diketahui perbedaan dengan jelas antara teknik pemotretan satu dengan lainnya. Jika kegiatan evaluasi ini terus dilakukan, cepat atau lambat si fotografer pasti akan dapat menilai kekurangan-kekurangan yang ada pada setiap foto, sehingga ia dapat membedakan mana foto yang baik dan jelek.

Kelima, ikut lomba foto. Dengan semakin meningkatnya keterampilan memotret, ada baiknya jika untuk mencoba sebagai peserta lomba foto yang sering diadakan. Mengikuti lomba foto selain dapat dijadikan sebagai ajang untuk mengukur dan menguji kemampuan teknik potret-memotret, juga dapat dijadikan sebagai sarana untuk mempromosikan diri, bahwa Anda adalah seorang fotografer. Terlebih lagi jika Anda keluar sebagai salah satu pemenangnya.

Keenam, belajar terus. Walapun pengetahuan di bidang fotografi sudah semakin mendalam dan keterampilan memotret semakin baik, sebaiknya jangan cepat merasa puas dengan kemampuan yang ada, sehingga tidak mau belajar lagi.

Sambil terus melakukan pemotretan, kegiatan membaca dan mempelajari bidang fotografi sebaiknya terus dipupuk. Hal tersebut sangat penting untuk mengetahui perkembangan bidang fotografi yang berkembang sangat pesat. Begitu juga dengan tehnik-tehnik pemotretan yang mungkin saja belum diketahui dan dikuasai.

Fotografi Portrait

Seorang fotografer bernama Philip Greenspun berbagi pengalaman. Ia berbagi studio dengan Elsa Dorfman, seorang fotografer potret. Philip mengaku kalau dia bukan fotografer potret. Apa bedanya? Menurut Philip, Elsa peduli terhadap orang. Elsa dengan natural bisa dekat dengan orang yang baru saja ditemuinya dalam beberapa menit. Setelah 1 sesi pemotretan selama 1 jam, kata Philip, Elsa bisa mengetahui kehidupan lebih dalam ketimbang Philip mengenal adiknya.

Potret memang berbeda dengan foto-foto lain, bisa lebih sulit (tapi bisa juga lebih mudah). Lebih sulit karena dalam memotret, bukan cuma merekam bagaimana rupa orang itu saja, tapi juga mengangkap karakter orang itu. Malah, sebisa mungkin karakteristik yang tampak adalah karakter yang baik, menarik, dan memuaskan orang yang dipotret.

Buat yang belum tahu, fotografi potret itu adalah salah satu aliran pada fotografi yang mengabadikan orang. Pokoknya, objek utamanya adalah orang.

Karena potret harus menampakan karakteristik seseorang, seorang fotografer potret harus pintar-pintar dalam mengenali orang. Ini yang susah-susah gampang. Orang kan sifatnya berbeda-beda. Ada yang ekspesinya langsung tampak sesuai perasaan dirinya. Tapi orang lain, bisa menampakan ekspesinya tersebunyi.

Ketegangan bisa diregangkan kalau orang tersebut diajak berbasa-basi barang sebentar sebelum sesi pemotretan. Bahkan, si fotografer lebih baik terus mengajak ngobrol ketika ia mempersiapkan peralatan.

Tak perlu juga buru-buru dalam mengambil gambar. Biarkan orang yang dipotret santai, merasa nyaman, barulah dipotret.

Tips Mengambil Foto dengan Ponsel

Tips Mengambil Foto dengan Ponsel

Kamera saat ini menjadi fitur yang cukup penting dalam penggunaan ponsel. Kualitas kamera dalam ponsel seringkali menjadi pertimbangan utama pemilihan sebuah produk.

Ponsel dengan kamera berkualitas baik biasanya mahal, namun dengan ponsel berkamera standar pun kita sebenarnya bisa memaksimalkan fitur menarik ini dengan teknik pengambilan gambar yang baik. Berikut ini 10 hal yang harus diperhatikan untuk mendapat hasil gambar yang baik dari kamera ponsel.

1. Pencahayaan yang Cukup
Semakin baik pencahayaan, akan semakin baik pula hasil foto yang didapat. Hasil pemotretan di luar ruangan biasanya lebih baik daripada di dalam ruangan karena cahaya lampu harus diseimbangkan dengan cahaya lain agar objek terlihat natural.

2. Atur Jarak Kamera dan Obyek
Kamera ponsel memiliki resolusi yang terbatas bila dibandingkan dengan kamera digital sehingga obyek yang difoto harus berjarak dekat agar obyek tak terlihat kecil. Pengaturan jarak kamera dan obyek dapat diatur dengan fitur zoom. Sebaliknya, foto dengan jarak yang terlalu dekat dengan obyek menyebabkan distorsi dan foto yang tidak fokus.

3. Jaga Kestabilan Kamera
Tidak hanya kamera ponsel, kamera apapun juga akan menghasilkan foto yang baik dalam keadaan stabil. Semakin stabil kamera, semakin baik foto.

4. Gunakan Fitur Edit Foto
Edit foto dengan fitur yang ada dalam ponsel sesuai kebutuhan sehingga hasil foto sesuai dengan keinginan.

5. Simpan Semua Hasil Jepretan Foto
Jangan terburu-buru membuang foto yang terlihat jelak di ponsel karena di foto tersebut bisa saja terlihat bagus saat ditampilkan di layar komputer dengan berbagai editan dari software tertentu.

6. Gunakan Zoom Apabila Diperlukan
Fitur zoom yang ada di ponsel boleh saja digunakan jika memang diperlukan, namun hasil foto akan lebih baik jika pengaturan jarak dilakukan manual bukan dengan zoom.

7. Cari Foto Dengan Angle yang Berbeda
Foto-foto aneh seringkali dianggap unik. Ambil foto dengan angle yang tidak biasa, sehingga hasil foto pun menjadi luar biasa.

8. Atur Susunan Objek Foto
Keseimbangan dan keteraturan objek yang akn difoto akan menentukan bagus tidaknya hasil jepretan.

9. Jaga Kebersihan Lensa Kamera
Simpan ponsel di tempat aman. Meskipun kamera ponsel tidak sesensitif kamera digital, namun kebersihannya tetap harus terjaga sehingga pemanfaatannya maksimal.

10. Pilih Resolusi Tertinggi
Semakin tinggi resolusi kamera akan semakin baik foto yang didapat, meskipun memori yang dibutuhkan akan semakin besar.

http://rdstudio.wordpress.com/2009/04/05/tips-mengambil-foto-dengan-ponsel

Sabtu, 28 Agustus 2010

Sekilas tentang komposisi dalam fotografi

Komposisi secara sederhana diartikan sebagai cara menata elemen-elemen dalam gambar, elemen-elemen ini mencakup garis, shape, form, warna, terang dan gelap. Cara anda menata komposisi dalam jendela bidik akan diinterprestasikan kemudian setelah foto anda tersebut dicetak. Yang paling utama dari aspek komposisi adalah menghasilkan visual impact- sebuah kemampuan untuk menyampaikan perasaan yang anda inginkan untuk berekspresi dalam foto anda. Dengan demikian anda perlu menata sedemikian rupa agar tujuan anda tercapai, apakah itu untuk menyampaikan kesan statis dan diam atau sesuatumengejutkan, beda, eksentrik. Dalam komposisi klasik selalu ada satu titik perhatian yang pertama menarik perhatian. Hal ini terjadi karena penataan posisi, subordinasi, kontras cahaya atau intensitas subjek dibandingkan sekitarnya atau pengaturan sedemikian rupa yang membentuk arah yang membawa perhatian pengamat pada satu titik.Secara keseluruhan, komposisi klasik yang baik memiliki proporsi yang menyenangkan. Ada keseimbangan antara gelap dan terang, antara bentuk padat dan ruang terbuka atau warna-warna cerah dengan warna-warna redup. Pada kesempatan-kesempatan tertentu, bila dibutuhkan mungkin anda akan membutuhkan komposisi anda seluruhnya simetris. Seringkali gambar yang anda buat lebih dinamis dan secara visual lebih menarik bila anda menempatkan subjek ditengah. Anda harus menghindari sebuah garis pembagi biarpun itu vertikal.

Untuk menghindari sebuah gambar yang dinamis diperlukan juga kehadiran irama. Irama ini terjadi karena adanya pengulangan berkali-kali sebuah objek yang berukuran kecil. Kehadiran irama dalam gambar mengesankan adanya suatu gerakan.

* Garis
Fotografer yang baik kerap menggunakan garis pada karya-karya mereka untuk membawa perhatian pengamat pada subjek utama. Garis juga dapat menimbulkan kesan kedalaman dan memperlihatkan gerak pada gambar. Ketika garis-garis itu sendiri digunakan sebagai subjek, yang terjadi adalah gambar-gambar menjadi menarik perhatian. Tidak penting apakah garis itu lurus, melingkar atau melengkung, membawa mata keluar dari gambar. Yang penting garis-garis itu menjadi dinamis.

* Shape
Salah satu formula paling sederhana yang dapat membuat sebuah foto menarik perhatian adalah dengan memberi prioritas pada sebuah elemen visual. Shape adalah salah satunya. Kita umumnya menganggap shape sebagai outline yang tercipta karena sebuah shape terbentuk, pada intinya, subjek foto, gambar dianggap memiliki kekuatan visual dan kualitas abstrak. Untuk membuat shape menonjol, anda harus mampu memisahkan shape tersebut dari lingkungan sekitarnya atau dari latar belakang yang terlalu ramai. Untuk membuat kontras kuat antara shape dan sekitarnya yang membentuk shape tersebut. Kontras ini dapat terjadi sebagai akibat dari perbedaan gelap terang atau perbedaan warna.
Sebuah shape tentu saja tidak berdiri sendiri. Ketika masuk kedalam sebuah pemandangan yang berisi dua atau lebih shape yang sama, kita juga dapat meng-crop salah satu shape untuk memperkuat kualitas gambar.

* Form
Ketika shape sendiri dapat mengindentifikasikan objek, masih diperlukan form untuk memberi kesan padat dan tiga dimensi. Hal ini merupakan faktor penting untuk menciptakan kesan kedalaman dan realitas. Kualitas ini tercipta dari bentukan cahaya dan tone yang kemudian membentuk garis-garis dari sebuah objek. Faktor penting yang menentukan bagaimana form terbentuk adalah arah dan kualitas cahaya yang mengenai objek tersebut.

* Tekstur
Sebuah foto dengan gambar teksur yang menonjol dapat merupakan sebuah bentuk kreatif dari shape atau pattern. Jika memadai, tekstur akan memberikan realisme pada foto, membawa kedalaman dan kesan tiga dimensi ke subyek anda.
Tekstur dapat terlihat jelas pada dua sisi yang berbeda. Ada tekstur yang dapat ditemukan bila kita mendekatkan diri pada subyek untuk memperbesar apa yang kita lihat, misalnya bila kita ingin memotret tekstur permukaan sehelai daun. Ada pula saat dimana kita harus mundur karena subyek yang kita tuju adalah pemandangan yang sangat luas. Tekstur juga muncul ketika cahaya menerpa sebuah permukaan dengan sudut rendah, membentuk bayangan yang sama dalam area tertentu.
Memotret tekstur dianggap berhasil bila pemotret dapat mengkomunikasikan sedemikian rupa sehingga pengamat foto seolah dapat merasakan permukaan tersebut bila menyentuhnya. Sama seperti pattern, tekstur paling baik ditampilkan dengan beberapa variasi dan nampak melebar hingga keluar batas gambar.

* Patterns
Pattern yang berupa pengulangan shape, garis dan warna adalah elemen visual lainnya yang dapat menjadi unsur penarik perhatian utama. Keberadaan pengulangan itu menimbulkan kesan ritmik dan harmoni dalam gambar. Tapi, terlalu banyak keseragaman akan mengakibatkan gambar menjadi membosankan. Rahasia penggunaan pattern adalah menemukan variasi yang mampu menangkap perhatian pemerhati.
Pattern biasanya paling baik diungkapkan dengan merata. Walaupun pencahayaan dan sudut bidikan kamera membuat sebuah gambar cenderung kurang kesan kedalamannya dan memungkinkan sesuatu yang berulangkali menjadi menonjol.



Dengan mempelajari prinsip-prinsip komposisi di atas, berikut ini adalah beberapa jenis yang dapat anda gunakan :

* Rule of thirds
Bayangkan ada garis-garis panduan yang membentuk sembilan buah empat persegi panjang yang sama besar pada sebuah gambar. Elemen-elemen gambar yang muncul di sudut-sudut persegi panjang pusat akan mendapat daya tarik maksimum.

* Format : Horizon atau Vertikal
Proporsi empat persegi panjang pada viewinder memungkinkan kita untuk melakukan pemotretan dalam format landscape/horizontal atau vertikal/portrait. Perbedaan pengambilan format dapat menimbulkan efek berbeda pada komposisi akhir. Lihatlah pada jendela bidik secara horizontal maupun vertikal dan tentukan keputusan kreatif untuk hasil terbaik.

* Keep it simple
Dalam beberapa keadaan, pilihan terbaik adalah keep it simple. Sangat sulit bagi orang yang melihat sebuah foto apabila terlalu banyak titik yang menarik perhatian. Umumnya makin ?ramai? sebuah gambar, makin kurang menarik gambar itu. Cobalah berkonsentrasi pada satu titik perhatian dan maksimalkan daya tariknya.

* Picture scale
Sebuah gambar yang nampak biasa namun menjadi menarik karena ada sebuah titik kecil yang menarik perhatian. Dengan pemotretan landscape atau monument, kembangkan daya tarik pemotretan dengan menambahkan obyek yang diketahui besarnya sebagai titik perhatian untuk memberikan kesan perbandingan skala.

* Horizons
Merubah keseimbangan langit dan tanah dapat mengubah pemandangan gambar secara radikal. Bila gambar hampir dipenuhi oleh langit akan memberikan kesan polos terbuka dan lebar tapi bila langit hanya disisakan sedikit di bagian atas gambar, akan timbul kesan penuh.

* Leading lines
Garis yang membawa mata orang yang melihat foto ke dalam gambar atau melintas gambar. Umumnya garis-garis ini berbentuk :
Garis-garis yang terlihat secara fisik misalnya marka jalan atau tidak terlihat secara langsung misalnya bayangan, refleksi.

* Be different
Barangkali ada bidikan-bidikan lain yang dapat diambil selain pendekatan dari depan dan memotret paralel ke tanah. Bergerak mendekat dari yang diduga seringkali menghasilkan efek yang menarik.

* Colour
Membuat bagian dari gambar menonjol dari background. Cara utama untuk memperoleh hal ini adalah memperoleh subyek yang warna atau nadanya berbeda secara radikal dengan background.

* Framing
Bila subyek secara khusus mempunyai bentuk yang kuat, penuh frame dengan subyek. Baik itu dengan cara menggunakan lensa dengan fokus lebih panjang atau bergerak mendekati subyek.

* Shooting position
Ketika kita merasa jenuh dengan komposisi yang itu-itu saja, cobalah meurbah sudut pandang sepenuhnya. Misalnya posisi duduk ke posisi berdiri atau pengambilan bidikan dari atas atau bawah dari subyek.

* Number of subject
Pemotretan dengan banyak subyek yang relatif seragam, kurang menarik dari pandangan komposisi. Temukanlah salah satu subyek yang ?berbeda? diantara sekian banyak subyek tersebut. Berbeda diartikan berbeda gerakan, bentuk dan warna.

Strobist - teknik flash yang menarik

Strobist berasal dari kata strobe, yang dalam istilah fotografi berarti alat yang memproduksi cahaya secara terus menerus. Dengan bahasa yang lebih populer Strobist adalah fotografer yang senang menggunakan flash (blitz) secara off-camera. Jika umumnya, di masa sebelumnya orang menggunakan flash dengan cara diletakkan diatas hot-shoe kamera, maka para strobist menggunakan flash dengan jarak tertentu dari kamera. Bagaimana caranya?

Alat yang paling dibutuhkan untuk menggunakan flash secara off-camera adalah mekanisme wireless trigger (pemantik nirkabel). Pada beberapa kamera dan flash modern, kemampuan nirkabel ini sudah ada secara integrated. Di sistem Nikon di sebut sebagai CLS (Creative Lighting System) sementara di sistem Canon disebut sebagai E-TTL (Evaluative - Trough The Lens). Jangan artikan secara harfiah istilah CLS dan E-TTL, karena bisa membuat bingung artinya, lebih baik ikuti penjelasan berikut ini.

Sistem pemantik nirkabel ini berfungsi untuk menyalakan flash secara sinkron ketika kita menekan tombol shutter pada kamera. Jadi flash akan menyala ketika kita menekan shutter selayaknya flash tersebut berada di dudukan hot shoe di kamera. Uniknya, kita bisa mensinkronisasi lebih dari satu flash bersamaan sekaligus dalam suatu pemotretan. Untuk sebuah foto fashion yang dilakukan outdoor, bisa dibutuhkan 3-5 flash (bahkan bisa lebih banyak) yang dinyalakan secara off-camera. Alat wireless trigger ini umumnya menggunakan gelombang radio atau sinar infra merah untuk menyalakan flash slave (budak atau flash lain yang harus tunduk pada flash utama).

Pada generasi fotografi yang masih menggunakan film, sudah ada trigger yang menggunakan cahaya sebagai trigger. Alat ini umum dikenal sebagai mata kucing (synchro eye) yang berbasis pada pencahayaan flash dari master yang segera diikuti oleh slave-nya. namun penggunaan mata kucing hanya terbatas di studio saja, karena kepekaan mata kucing ini tidak akan bekerja pada lokasi outdoor.

Walaupun kita memotret dengan matahari yang masih bersinar, namun dengan menggunakan teknik strobist, kita bisa mengisolasi cahaya matahari, yaitu dengan cara menggunakan speed sekitar 1/200 sehingga foto akan menjadi under lighting. Untuk menambahkan cahaya pada subyek kita dapat menambahkan flash secara off-camera (dari sisi kiri) sehingga cahaya yang jatuh tidak datar sebagaimana kita letakkan flash di shoe kamera. Speed 1/200 adalah speed maksimal yang masih dapat melakukan sinkronisasi antara kamera dengan flash, namun beberapa kamera keluaran terbaru mampu melakukan sinkronisasi lebih dari batas tersebut. Banyak fotografer yang memanfaatkan sinar matahari sebagai background untuk teknik strobist ini, sehingga akan menghasilkan foto-foto yang indah.

Demikian teknik strobist yang menarik, untuk belajar lebih banyak, saat ini sudah ada komunitas penggemar strobist yang bergabung di http://idstrobist.multiply.com/, ada banyak teknik strobist yang bisa dipelajari disana.

sumber: http://citizenimages.kompas.com/forum/viewtopic.php?t=11

Sensor CCD dan CMOS

Kamera Analog memerlukan film dan bukaan diafragma 1/ f detik sehingga cahaya yang ditangkap bisa diterima oleh film tersebut menjadi sebuah gambar. Pada kamera digital, film tidak diperlukan lagi seperti halnya kamera analog. Kamera digital menggunakan sensor yang dikenal dengan CCD atau CMOS.

Pada prinsipnya, tidak ada perbedaan yang mencolok antara kamera digital dan kamera analog, karena teknologi dasar yang dikandungnya sebenarnya sederhanya saja. Sebuah kamera analog menggunakan film seluloid, mempunyai tiga elemen dasar, masing-masing adalah elemen optikal berupa berbagai ragam lensa, elemen kimia berupa film seluloidnya sendiri, dan elemen mekanik yang merupakan badan kamera itu sendiri. Elemen kimia pada kamera digital sekarang ini tergantikan menjadi elemen chips yang bisa berupa CCD (Charge Coupled Device) maupun CMOS (Complementary Metal Oxide Semiconductor) yang mengatur sensitivitas pencahayaan dan menjadi "film digital" pada kamera- kamera modern sekarang ini.

Baik sensor chip CCD dan CMOS sebenarnya mulai berkembang secara bersamaan, kedua chip ini mengonversi cahaya menjadi elektron-elektron sehingga menjadi gambar-gambar digital. Perbedaan pokok di antara keduanya adalah CCD umumnya menghasilkan gambar berkualitas tinggi dan noise yang rendah. Sedangkan pada CMOS, noise yang dihasilkan pada gambar digital biasanya lebih banyak.

Sensor CMOS umumnya menggunakan tenaga baterai lebih sedikit, sedangkan pada CCD karena proses khusus yang dilakukan pada saat pengambilan gambar, mengonsumsi tenaga 100 kali lebih banyak dibanding sensor CMOS sejenis. Selain itu, fabrikasi pembuatan chip CMOS lebih murah ketimbang CCD. Namun, bersamaan dengan perkembangan waktu nampaknya kedua sensor ini mulai berada pada sebuah tahapan yang setara dan bersaing sangat ketat.

CMOS mengkonsumsi sekitar seperdelapan kekuatan sensor charge-coupled device (CCD) dengan sejumlah pixel. CCD merupakan sensor yang biasa digunakan kamera digital. Sekarang ini, sensor CMOS memproses proton sinar dan merubahnya menjadi sinyal listrik. Sensor ini memiliki ukuran maksimal 6.3 juta pixel.

Pilih yang mana

Sensor CCD dan CMOS adalah dua teknologi yang bebeda untuk penangkapan gambar digital. Keduanya saling bersaing untuk menghasilkan kesempurnaan, CCD dan CMOS masing-masing memiliki kekuatan dan kelemahan yang disesuaikan dengan aplikasi yang berbeda. Meskipun demikian, vendor yang menjual suatu teknologi selalu menonjolkan kelebihannya dibanding yang lainnya. Pilihan tergantung dengan aplikasi yang akan digunakan.

Kamera-Digital.com

White Balance

Kita sering mendengar tentang white balance, apalagi dizaman kamera digital sekarang ini. Tapi tahukan anda apa itu white balance? Jawabnya sederhana yaitu penyesuaian kamera terhadap warna putih. Loh, jadi mengapa harus disesuaikan?.

Untuk menjawab pertanyaan selanjutnya saya coba gambarkan seperti ini. Kita contohkan mata manusia. Mata kita dapat membedakan warna putih dengan warna-warna lainnya. Baik dalam kondisi terang-benderang, normal, maupun dalam keadaan remang sekalipun. Dengan beberapa intensitas cahaya warna putih dapat kita bedakan dengan jelas.

Tapi kemampuan se-ekstrim ini tidak dimiliki oleh perangkat buatan manusia seperti kamera. Kamera tidak punya kemampuan untuk dapat membedakan warna putih pada intensitas cahaya yang berbeda. Maka perlu dilakukan apa yang disebut dengan white balance. Lantas mengapa penyesuaian itu perlu dilakukan.?

Warna Cahaya
Warna cahaya ditentukan oleh derajat panas yang dikeluarkan dari sumber cahaya. Derajat panas biasa disebut dengan satuan Kelvin (K). Semakin tinggi derajatnya semakin dingin warna cahayanya, efek yang ditimbulkannya adalah warna kebiruan. Dan warna merah untuk warna cahaya dengan derajat yang rendah.

Misalnya pada cahaya lilin. Kertas putih yang disinari dengan lilin akan berwarna kekuningan. Warna ini adalah bias cahaya yang di pancarkan oleh lilin dan diterima oleh kertas putih tadi.

WB pada Kamera Film
Film juga memiliki white balance, hanya pada film kita harus memilih WB yang akan kita gunakan. Secara umum film yang kita jumpai adalah dengan jenis WB Day Light, dan ini yang banyak beredar di Indonesia Maka untuk mendapatkan hasil foto dengan ukuran warna cahaya yang pas biasa digunakan bermacam-macam filter sesuai dengan efek atau normalisasi yang diinginkan.

Auto White Balance
Kita biasa memakainya untuk memotret dengan berbagai kondisi pencahayaan, ya memang itu cara gampangnya. Saya coba beri gambaran sedikit tentang Auto White Balance ini. AWB pada kamera digital ini cara kerjanya sama dengan auto eksposur. Kamera akan menganalisa objek yang ada di dalam frame, kemudian dikalkulasikan. Hasil kalkulasi ini akan di sesuaikan dengan data yang ada untuk di cocokkan. Kamera secara aoutomatis akan memilih setting terbaik untuk kondisi objek tersebut.

Bila kasusnya objek dominan berwarna merah, maka kamera akan secara akan secara aoto memberikan kompensasi menormalkan warna merah tadi, sehingga hasil foto akan terlihat kebiru-biruan. Kondisi ini yang kadang membuat auto white balance tidak berfungsi secara benar.

Teknik Dasar Fotografi

1.Komposisi
Hal ini penting banget untuk memotret, maklum sebagai pemula, saya juga sering bikin kesalahan saat melakukan komposisi di jendela bidik. Prinsip "Rule of Third" -nya, letakkan objek (lebih tepat disebut Subjek foto) pada bidang foto yang dinamis, sehingga ada ruang untuk memberi kesempatan bagi mata penikmatnya menjelajah bidang foto dan selanjutnya menuju POI yang diinginkan. Komposisi juga perlu untuk menentukan Background dan Elemen pendukung POI yang akan memperkuat "cerita" yang disampaikan oleh foto tersebut. Gampangnya, coba aja anda berpikir sebagai seorang pelukis yang menghadapi bidang kosong, lantas harus memilih komponen gambar apa saja yang akan di masukan dalam kanvas, bedanya adalah anda sebagai fotografer, harus memilih mana aja dari komponen di hadapan anda yang harus di keluarkan dari bidang foto, supaya foto jadi tampil sederhana, namun lengkap dengan POI dan elemen pendukungnya. Bagi pemula, POI selalu ditempatkan ditengah, padahal sebenarnya tidak demikian. POI dapat diletakkan dan dibuat semenarik mungkin asal menyatu dengan elemen sekitarnya. Setiap orang berbeda dalam menentukan komposisi, semua itu bergantung pada "Rasa" dan mencoba sebanyak mungkin. Pastikan bahwa foto anda punya 3 elemen dasar, yakni foreground, subjek dan background.

2.Ruang Tajam (Deep Of Field) /DOF
Saat memotret, perhatikan ruang tajam yang diharapkan akan terekam dalam bidang foto. Jika ingin mengisolasi subjek foto, maka persempit ruang tajam hanya pada POI, sehingga background menjadi "out of focus" (bukan "blur" ya, karena blur itu artinya foto yang kurang tajam karena goncangan). Untuk memotret "landscape" ruang tajamnya sangat luas, sehingga dari foreground sampai background menjadi "tajam" dengan meletakan fokus pada "hyperfocal lenght".

3.Exposure
Pada dasarnya, hasil foto akan sangat ditentukan oleh pencahayaan. Foto yang baik adalah foto dengan pencahayaan yang pas, tidak under-exposed ataupun over-exposed. Apalagi kalo memotret dengan rasio kontras yang ekstreem, misalnya memotret teman kita dengan latar belakang matahari terbit. Bisa dipastikan fotonya cuma menghasilkan siluet, kecuali menggunakan fill-in flash. Begitu juga saat memotret matahari terbit itu sendiri dengan pegunungan dan sawah hijau menghampar, maka perlu diperhatikan kemampuan kamera menghasilkan "dynamic range" agar ruang terang dan gelap bisa tetap terlihat detilnya. Untuk menyelamatkan eksposure seperti itu, bisa digunakan filter "gradual ND".

4.Focus
Jelas seorang fotografer harus dapat menentukan ketajaman subjek yang akan difotonya. Foto yang baik adalah foto yang fokus. Agar dapat menghasilkan foto yang fokus, anda harus rajin berlatih. Selain itu anda juga dituntut untuk mengenal kamera yang akan dipakai. Akhirnya, semua orang sekarang bisa menjadi fotografer, apalagi jaman sekarang kamera digital sudah jadi bagian dari kehidupan kita, mulai dari web-cam, Hape, handycam, pocket camera, prosumer camera, sampe semi-pro camera dan pro-camera sudah bisa dibeli dengan harga murah dan teknologi yang sangat baik.

Trim's buat bang Amfi Yurisman atas penjelasannya...ini saya share lagi
semoga bermanfaat...salam jepret

Rabu, 25 Agustus 2010

Free Download Plugins Adobe Photoshop

Bagi yang suka editing foto memakai Adobe Photoshop,plugins sangat membantu dalam proses editing foto.
selain lebih cepat dalam proses editing,hasilnya juga jadi lebih bervariasi,karena tidak hanya menggunakan menu-menu standard dari Adobe Photoshop.
berikut ini saya share beberapa Adobe Photoshop Plugins yg terpopuler

1.AKVIS Retoucher V4.0.0.724.7058-rc Add Plug-ins for Adobe Photoshop 
AKVIS Retoucher - program untuk menngembalikan kualitas dan retouching foto. Yg me-retouch tidak hanya menghapus goresan, noda, debu dan cacat lainnya dari permukaan foto, itu mengembalikan bagian yang hilang dengan menggunakan bagian gambar yang berdekatan. Satu "klik" Anda menyingkirkan goresan pada foto, menghapus tanda-tanda yang tidak perlu, dan bahkan item yang tidak diinginkan. Tekstur latar belakang yang dikembalikan, program rekonstruksi setelah penghapusan objek. Program ini sangat sederhana, Anda dapat dengan mudah belajar untuk menggunakannya.




klik disini untuk download

2. Genuine Fractals 6.04
 Genuine Fractals 6.04 dikenal di industri fotografi dan pencetakan karena kemampuannya untuk meningkatkan ukuran gambar lebih dari 1.000% tanpa kehilangan ketajaman atau detail yang biasa Anda harapkan. . Yang mudah digunakan plug-in untuk Adobe Photoshop, Lightroom, Asli Fraktal dimuat dengan ukuran fitur yang memberikan hasil yang profesional setiap saat. Selain bisa memperbesar gambar dalam kualitas tinggi, Anda juga dapat memotong dan mengubah ukuran gambar dalam satu langkah, mengubah ukuran keseluruhan folder foto dengan kontrol penuh dari ukuran, resolusi, dan format file.


klik disini untuk download

3.Power Retouche Pro 7.6.3
 Power Retouche Pro- Photoshop plug-in untuk retouching foto kualitas tinggi dan editing gambar. Plugin Photoshop kami memecahkan masalah foto Anda. Temukan foto retouching metode baru yang menarik. Power Retouche Photoshop plugin juga dapat menjadi plugins Paint Shop Pro, Corel Draw, Illustrator, Fireworks dan software grafis lainnya dan software foto untuk mengedit foto, restorasi dan retouching.




 klik disini untuk download

 4.PhotoWiz Focal Blade 2.0 for Photoshop (32/64 Bit) 
Focal Blade menajamkan foto untuk menampilkan dan mencetak, mengurangi noise dan menghasilkan blur yang keren, fokus lembut dan efek khusus. FocalBlade sangat ideal untuk mengasah dan meningkatkan semua jenis foto, misalnya foto lansdcape, serta foto yang di jepret menggunakan ISO tinggi, karena secara efektif mempertajam dan mengurangi noise pada saat yang sama.




 klik disini untuk download

5.Knoll Light Factory v3.1
Knoll Light Factory dirancang untuk menciptakan flare lensa dan efek pencahayaan lainnya, termasuk laser, ledakan dan matahari. Penggunaan yang paling umum dalam fotografi adalah untuk meningkatkan lampu. seperti lampu, lampu jalan, elemen langit, atau api lilin. Namun, banyak desainer juga menggunakan Light Factory untuk membuat lampu berkilau atau bercahaya dari awal. Light Factory awalnya ditulis oleh John Knoll, co-pencipta Photoshop, untuk menciptakan torpedo Foton dalam Star Trek First Contact.




 klik disini untuk download

6.Nik Software Complete Collection 2010
Kumpulan Nik Software diantaranya:
* Dfine® 2.106
* Viveza® 2.001
* Color Efex Pro™ 3.108 (Adobe Photoshop)
* Color Efex Pro™ 3.002 (Capture NX 2)
* Silver Efex Pro™ 1.006
* Sharpener Pro™ 3.004
bagi yang suka editing foto mungkin sudah tidak asing lagi dengan software-software ini


Klik disini untuk download



7.PhotoTune v3.0 for Adobe Photoshop plugin
Warna yang bagus, itu tidak sesulit yang Anda pikirkan. Jika Anda dapat membandingkan foto satu per satu dan memilih yang terbaik . Anda dapat dengan mudah mengkoreksi warna yang benar dan meningkatkan gambar Anda dengan PhotoTune 3. PhotoTune 3 mengoptimalkan rentang dinamis menggunakan teknologi mata. Selain itu, PhotoTune 3 meningkatkan warna dan ketajaman gambar Anda tanpa perlu tahu bagaimana menggunakan level atau kurva di Photoshop. Anda juga dapat mengatur foto Anda dengan mengklik warna kulit untuk menjamin warna kulit akurat. pengguna mendapatkan akses ke semua kontrol , warna dan mengasah. gambar yang lebih baik adalah hanya dengan beberapa klik pergi dengan PhotoTune 3.



klik disini untuk download

 8.Alien Skin Bokeh 1.0.3 Photoshop plugin
Alien skin bokeh yang memungkinkan Anda memanipulasi fokus seperti lensa  mahal. ada dapat mensimulasikan foto anda seperti memakai lensa yang ada pada menu.pilihan lensanya ada banyak.bagi yg punya budget sedikit untuk beli lensa yg mahal,tidak ada salahnya memakai software ini untuk meningkatkan kreativitas dan variasi gallery foto anda.

 klik disini untuk download 


9.Topaz ReMask v2.0 for Adobe Photoshop
Topaz ReMask secara khusus dirancang untuk keperluan masking untuk fotografer dan desainer dalam Photoshop.Topaz ReMask juga dapat mengambil keuntungan dari fitur built-in lapisan masking Photoshop. Jika mendeteksi bahwa lapisan dalam Photoshop berisi lapisan masking, ReMask akan secara otomatis menyimpan masking itu langsung ke lapisan masker bukannya menghapus setiap piksel. Anda bahkan dapat kembali mengimpor layer mask kembali ke ReMask, yang akan mendeteksi dan menggunakan kembali isi layer mask itu. Lapisan ini kompatibel penuh dan sangat efektif dengan Photoshop.

klik disini untuk download


10.Digital Film Tools Power Mask 1.0.7 plugin for Photoshop
Digital Film Tools Power Mask adalah alat interaktif yang mampu mengexctract hampir objek apapun dalam foto - bahkan jika Anda sedang berurusan dengan detail rambut halus, asap, atau refleksi. Ketika Anda hanya melukis di sepanjang tepi objek yang akan diambil, baik topeng atau komposit akhir dapat terlihat secara langsung.







klik disini untuk download





11.Imagenomic Noiseware Professional 4.2 
Software penghilang noise ini sepengetahuan saya sangat baik buat ngilangin noise yang sangat keras
silahkan mencoba....salam jepret..
contoh proses:





Version: 4.2 build 4205u1
Developer: Imagenomic
Platform: • Windows 2000/XP/Vista (x86/x64) / 7 (x86/x64); • Mac OS X 10.5.x/10.6.x (Intel)
Compatibility with Vista: complete
System requirements: • Adobe Photoshop CS3 / CS4 (32/64Bit) ** / CS5 (32/64Bit) **
• Adobe Photoshop Elements 6/7/8
Operating system:
• Windows 2000/XP/Vista (x86/x64) / 7 (x86/x64);
• Mac OS X 10.5.x/10.6.x (Intel) *
* Noiseware plug-in for Photoshop (Mac OS X version) is only available for Intel Mac
** Support for 64-bit CS4 and CS5 is only available on 64-bit Vista and Windows 7 on a 64-bit XP plug-in can only be used on 32 bit CS4/CS5.
On the Mac - CS5 can be used only in 32-bit mode.
Language: English
Medicine: Present

download disini
bila ada yang broken link silahkan comment dan saya akan kasi lunk yang baru....