Jumat, 15 Oktober 2010

Panduan ukuran cetak foto

Sebelumnya ingin memperjelas dulu tentang kerancuan-kerancuan yang sering terjadi, yaitu :
  • Besar resolusi yaitu 1280x960 (1MegaPixel), 1600x1200 (2 MP ), 3MP maupun 4MP dan lain � lain itu adalah menandakan banyaknya titik yang ada dalam gambar tersebut. Semisal foto dengan resolusi 1600x1200 berarti ada 1600 titik di horizontal dan 1200 titik di vertikal.
  • Densitas foto 72dpi, 180dpi, maupun 300dpi (terlihat pada EXIF data yang menempel pada foto yang bersangkutan) itu menandakan tingkat kerapatan dari titik � titik tersebut dalam suatu satuan ukuran inch (dot per inch). Misalnya kita selama ini mendengar ada printer berkemampuan cetak dengan densitas 300dpi, 600dpi, 1200dpi, maupun 4800dpi. Contoh printer dengan kemampuan densitas 4800dpi itu berarti bisa mencetak sebanyak 4800 titik sepanjang garis 1 inch (2,54cm), begitu juga dengan printer berkemampuan densitas 300dpi berarti hanya bisa mencetak 300 titik sepanjang garis 1 inch (2,54cm).

Terkait dengan hal � hal diatas, maka kita patut mengetahui juga bahwa mesin cetak foto itu biasanya berkemampuan densitas 300dpi sehingga kita akhirnya sering memakai patokan ini sebagai standard densitas minimum yang diperlukan baik untuk mencetak di laboratorium foto ataupun dengan printer sendiri.


Berikut daftar ukuran kertas foto yang biasanya dipakai di laboratorium foto :
  • 2R = 6 x 9 cm
  • 3R = 8,9 x 12,7 cm
  • 4R = 10,2 x 15,2 cm
  • 5R = 12,7 x 17,8 cm
  • 6R = 15,2 x 20,3 cm
  • 8R = 20,3 x 25,4 cm
  • 8R Plus = 20,3 x 30,5 cm
  • 10R = 25,4 x 30,5 cm
  • 10R Plus = 25,4 x 38,1 cm

Kita akan mengambil contoh salah satu ukuran yang biasa dipakai yaitu 4R dalam hal ini, yaitu : 10,2x15,2cm

(10,2cm : 2,54) x 300dpi = 1204 titik atau pixel,

(15,2cm : 2,54) x 300dpi = 1795 titik atau pixel.

Dengan ini berarti kita mengetahui bahwa resolusi minimum yang dibutuhkan untuk mencetak 4R adalah 1795 x 1204 pixel.


Dalam hal ini berarti boleh dikatakan bahwa resolusi kamera digital yang mendekati ukuran tersebut mungkin adalah 2MP yaitu 1600x1200. Tetapi harus diingat bahwa adanya perbedaan rasio panjang lebar antara file kamera digital (4:3) dengan standar kertas foto (3:2) itu biasanya berakibat terjadinya cropping (pemotongan) pada samping2 foto karena laboratorium foto itu biasanya melakukan sedikit peregangan secara otomatis pada file � file yang bersangkutan, misalnya foto dengan resolusi 1600x1200 akan diperbesar menjadi 1795x1346 untuk memenuhi ukuran frame minimal dari 4R untuk kemudian dicropping lagi sehingga bagian yang tercetak itu tetap beresolusi 1795x1204.


Ada beberapa kasus dimana ada yang berhasil melakukan pencetakan dengan ukuran 8R hanya dengan kamera 2MP ataupun juga mungkin bisa 10R. Dalam hal ini kita harus melihat lagi beberapa hal yaitu :
  1. Kompleksitas dari gambar yang diambil, misalnya gambar � gambar dokumentasi orang tentunya jauh berbeda tingkat detailnya dibandingkan dengan gambar pemandangan alam misalnya pada waktu sunrise. Dalam hal ini gambar orang biasanya lebih mudah untuk diperbesar dibandingkan dengan gambar pemandangan alam. Perkecualian jikalau foto dokumentasi lebih dari 15orang ataupun satu orang tetapi ingin menampilkan detail urat muka yang pada dasarnya juga berarti kompleksitas gambar cukup tinggi.
  2. Tingkat kompresi dari gambar yang dipakai (dengan ACDSee biasanya terlihat dengan click kanan properties, bagian file, di compression ratio). Biasanya file � file yang berpotensi dan bisa dicetak jauh lebih besar dari ukuran yang direkomendasikan itu file � file dengan tingkat kompresi antara 5 � 10. Lebih dari itu, biasanya sulit sekali untuk meningkatkan ukuran gambar.
  3. Ada beberapa kamera yang menyediakan mode RAW dan juga mode TIFF pada hasil akhir gambar yang ditangkap, dalam hal RAW file dan TIFF file itu tidak terdapat kompresi sama sekali sehingga sangat dimungkinkan untuk melakukan resize ulang untuk melakukan cetak pada ukuran lebih besar.

Dari 3 hal diatas, (dari pengalaman pribadi) juga bisa dilakukan cetak pada 10R maupun 12R dengan kamera 4MP meskipun secara perhitungan tidak memungkinkan untuk melakukan pencetakan tersebut. Dalam hal ini kita bisa melakukan test sederhana apakah file yang bersangkutan masih bisa untuk dicetak pada ukuran yang bersangkutan atau tidak dengan cara melakukan image resize pada photoshop dan kemudian melihat apakah detail - detail tersebut masih bisa terlihat.



Semoga artikel berikut ini berguna sebagai panduan dalam melakukan pencetakan foto dari kamera digital. Di bawah ini terdapat daftar acuan praktis untuk pencetakan foto yang diinginkan beserta resolusi yang dibutuhkan.
  • 3R = 8,9 x 12,7cm @300 dpi = 1051x1500 pixel
  • 4R = 10,2 x 15,2cm @300 dpi = 1205x1795 pixel
  • 5R = 12,7 x 17,8cm @300 dpi = 1500x2102 pixel
  • 6R = 15,2 x 21,6cm @300 dpi = 1795x2551 pixel
  • 8R = 20,3 x 25,4cm @300 dpi = 2398x3000 pixel
  • 8R Plus = 20,3 x 30,5cm @300 dpi = 2398x3602 pixel
  • 10R = 25,4 x 30,5cm @300 dpi = 3000x3602 pixel
  • 10R Plus = 25,4 x 38,1cm @300 dpi = 3000 x 4500 pixel

Jumat, 01 Oktober 2010

Memahami ISO dan Penyebab Noise

Seringkali dalam dunia fotografi digital kita dibuat bingung oleh istilah ISO dan noise. Adakalanya dalam membeli kamera digital kita menjumpai sebuah kamera saku yang mengklaim mampu dipakai hingga ISO 3200 atau bahkan lebih. Atau pernahkah anda frustasi karena hasil foto yang diambil penuh dengan bintik-bintik noise yang mengganggu saat memakai ISO tinggi? Ada baiknya kita mengenal lebih jauh mengenai istilah-istilah ini agar nantinya motret makin PeDe.
Sebagai pembuka, bolehlah sekedar mengingat kembali bahwa dasar fotografi adalah bermain dengan cahaya, dimana banyak sedikitnya cahaya yang ditangkap oleh kamera dipengaruhi oleh berapa kecepatan shutter dan besarnya bukaan diafragma. Dalam era fotografi film dikenal dengan nilai ASA pada film yang menandakan sensitivitas film tersebut terhadap cahaya. Istilah ISO pada fotografi digital (mengacu pada standar ISO 12232) pun ekuivalen seperti ASA untuk film, dimana dalam hal ini ISO menyatakan nilai sensitivitas sensor pada kamera digital.


Sensor, baik CCD maupun CMOS, adalah komponen utama dari sebuah kamera digital, yaitu berupa sekeping cip silikon yang tersusun atas jutaan piksel yang peka cahaya. Pada saat gambar yang datang dari lensa mengenai sensor maka tiap-tiap piksel tersebut akan menangkap energi cahaya yang datang dan merubahnya menjadi besaran sinyal tegangan. Seberapa sensitif sensor mampu menangkap cahaya inilah yang dinyatakan oleh besaran ISO. Setiap sensor memiliki nilai ISO dasar/ISO normal yaitu nilai sensitivitas terendah dari sensor yang umumnya ekuivalen dengan ISO50 hingga ISO200 (tergantung jenis dan merk kamera). Pada nilai ISO normal ini kepekaan sensor terhadap cahaya berada pada level terendah sehingga dibutuhkan cukup banyak cahaya untuk mendapatkan foto dengan exposure yang tepat. Oleh karena itu umumnya ISO normal hanya dipakai saat pemotretan outdoor di siang hari.

Untuk mengukur cahaya, istilahnya metering, kamera memiliki sistem pengukur cahaya (light meter) yang menginformasikan seberapa banyak cahaya yang akan masuk mengenai sensor. Apabila cahaya yang diterima sensor terlalu rendah (kadang kamera memberi warning low light pada layar LCD) maka pilihan yang ada untuk menjaga exposure adalah dengan memperbesar diafragma, melambatkan shutter, dan/atau menaikkan nilai ISO. Pada kamera saku yang serba otomatis, nilai shutter dan diafragma akan ditentukan secara otomatis oleh kamera berdasarkan hasil pengukuran cahaya. Apabila pada kondisi kurang cahaya kombinasi shutter dan diafragma tidak mampu menghasilkan exposure yang tepat, barulah nilai ISO perlu dinaikkan. Apabila mode ISO pada kamera diset ke AUTO, maka kamera akan menaikkan nilai ISO secara otomatis. Pada kamera yang memungkinkan untuk dapat menentukan nilai ISO secara manual, nilai ISO yang lebih tinggi dapat kita pilih dalam faktor kelipatan mulai dari 200, 400, 800, 1600 hingga 3200. Bahkan kini kamera digital terbaru mulai menawarkan kemampuan ISO 6400 untuk sensitivitas ekstra tinggi.

Perlu dicatat bahwa dengan nilai ISO yang lebih tinggi juga memungkinkan pemotretan dengan kecepatan shutter yang lebih cepat. Hal ini dikarenakan ISO tinggi memberikan sensitivitas tinggi sehingga kamera tidak memerlukan banyak cahaya untuk mendapat exposure yang tepat. Shutter cepat ini bermanfaat untuk membuat objek yang bergerak jadi nampak diam. Istilahnya, membekukan objek (lihat gambar perbandingan di samping). Penggunaan ISO rendah (misalnya ISO 100) akan membuat shutter kurang cepat (misal 1/20 detik) untuk mampu menangkap gerakan si anak. Dengan menaikkan ISO (misal ISO 800), didapat nilai shutter yang lebih cepat (misal 1/200 detik) sehingga si anak jadi nampak diam. Terkadang pada kamera yang tidak dilengkapi stabilizer, pemakaian ISO tinggi juga dapat dimanfaatkan untuk mencegah gambar menjadi blur. Dengan ISO tinggi diharapkan getaran tangan yang biasanya rawan membuat gambar blur bisa dihindari karena shutter yang lebih cepat.


Sayangnya peningkatan ISO juga akan membawa efek negatif yang tidak diinginkan. Meningkatkan ISO berarti meningkatkan sensitivitas sensor, sehingga sinyal yang lemah pun dapat menjadi kuat. Masalahnya, pada proses kerja sensor juga menghasilkan noise yang mengiringi sinyal aslinya. Bila ISO dinaikkan, noise yang awalnya kecil pun akan ikut menjadi tinggi. Noise yang tinggi akan tampak mengganggu pada hasil foto dan muncul berupa titik-titik warna yang tidak enak untuk dilihat. Masalah noise ini akan lebih parah apabila jenis sensor yang digunakan adalah sensor berukuran kecil, seperti yang umum dipakai pada kamera saku. Kenapa? Karena sensor kecil memiliki ukuran titik/piksel yang kecil juga, dan secara teori piksel kecil lebih rentan terhadap noise dibandingkan piksel berukuran lebih besar. Oleh karena itulah kamera digital SLR lebih baik dalam menghasilkan foto pada ISO tinggi, karena kamera DSLR memakai sensor yang lebih besar (dan lebih mahal biaya produksinya).

Apa yang dapat dilakukan untuk mengatasi noise? Pertama tentunya sebisa mungkin hindari pemakaian ISO terlalu tinggi. Namun apabila terpaksa mamakai ISO tinggi, kamera digital masa kini telah memiliki sistem pengurang noise (Noise Reduction/NR) yang secara otomatis akan mencoba memperhalus hasil foto sebelum disimpan menjadi sebuah file. Tiap merk kamera punya ‘pendekatan’ tersendiri untuk mengatasi noise ini. Bisa jadi merk A akan sedikit menerapkan NR sehingga foto tampak masih agak noise namun memiliki detail lebih baik. Merk B bisa saja memakai NR terlalu berlebih sehingga foto yang dihasilkannya bersih dari noise namun detilnya ikut hilang. Sayangnya sampai saat ini belum ada metoda NR yang mampu menghilangkan noise namun sekaligus mempertahankan detail foto dengan sama baiknya. Apabila untuk kebutuhan fotografi ternyata banyak membuat foto dengan memakai ISO tinggi, sebaiknya memakai kamera profesional dengan sensor berukuran besar (2/3 inci, APS-C atau Full Frame 35mm) yang memiliki Signal to Noise ratio yang baik, sehingga efek dari noise ini dapat dikurangi.
Kesimpulan
  • Nilai ISO dalam fotografi digital menyatakan sensitivitas dari sensor yang dipakai pada kamera digital.
  • Untuk hasil foto terbaik gunakan nilai ISO terendah dari kamera digital.
  • Apabila melalui pengaturan shutter dan diafragma tetap tidak bisa didapat exposure yang tepat (biasanya pada kondisi cahaya rendah) maka bisa dicoba menaikkan nilai ISO.
  • Selain untuk pemotretan saat cahaya rendah, pemakaian ISO tinggi juga cocok untuk mencegah blur akibat getaran tangan (apabila kamera tidak dilengkapi fitur stabilizer) atau untuk fotografi kecepatan tinggi, karena ISO tinggi memungkinkan pemakaian shutter lebih cepat dibanding ISO rendah.
  • Menaikkan nilai ISO akan membuat efek samping adanya noise pada hasil foto.
  • Membiarkan mode ISO dalam posisi AUTO bisa jadi dapat membuat kamera otomatis menaikkan nilai ISO terlalu tinggi bila digunakan pada tempat yang kurang cahaya, alternatifnya aturlah nilai ISO secara manual dengan disesuaikan kondisi pemotretan.
  • Metoda Noise Reduction (NR) dapat digunakan untuk mengurangi noise yang muncul, namun idealnya proses NR tetap mampu sedapat mungkin mempertahankan detail foto supaya tetap tajam.
  • Sebaiknya kamera yang digunakan memiliki sensor berukuran lebih besar dibanding kamera pada umumnya sehingga efek dari noise ini dapat dikurangi.